Diskusi Tentang Nama Rupabumi Unsur Warisan Budaya
Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan, Kemendagri RI, 20 Februari 2018
di Hotel All Season Gajah Mada Jakarta
Dihadiri: Kemendagri, Oseanografi, TNI-AD, Kemendikbud, BIG
GAMBARAN UMUM DAN JENIS-JENIS WARISAN BUDAYA INDONESIA
Permasalahan Space & Place (ruang dan tempat)
-muncul sebagai sebuah konsep moderen karena semakin intensifnya interaksi umat manusia pada ruang (space) yang dimanfaatkannya — > place
–spatial interaction, dengan dampak yang ditimbulkannya pada ruang fisik yang ditinggalinya (landscape)
-perkembangan pada abad ke-21 ini merupakan akibat dari proses kumulatif yang telah berjalan sebelum dan sejak Revolusi Industri pada abad ke-19 dan Globalisasi pada abad ke-20
pemanfaatan efisien dan efektif (ekonomis) VS konfik/perebutan
Spatial development -> kesinambungan hidup manusia di atasnya
Kuntjoro Jakti-Dorodjatun, 2006., Butir-butir pemikiran bagi penataan tata ruang dipandang dari perspektif: geostrategis dan geooekonomi dan implikasinya bagi Indonesia, Fakultas Ekonomi, Program Magister, Perencanaan dan Kebijakan Publik, dan LPEM, Universitas Indonesia.
Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat
kebudayaan sebagai ”keseluruhan ide, sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Koentjaraningrat (1987: 85) Budaya adalah konsep dari konsepsi – konsepsi dalam alam fikiran yang mulia. Sistem tersebut dijadikan orientasi dan rujukan dalam tindakan dan berkarya.
Nilai budaya mempengaruhi dalam memilih alternatif, langkah/cara yang digunakan, alat – alat yang dipakai, dan tujuan membuat sesuatu .
Proses pembelajaran manusia yang diwariskan antargenerasi
Wujud Budaya:
A.Idiologi (Wujud nilai budaya)
B.Gagasan (Wujud Gagasan)
C.Sosial (Wujud Langkah/cara/Perilaku )
D.Teknologi (Wujud Fisik/)
Unsur Budaya: Koentjaraningrat (2002:2),
1.Sistem religi,
2.organisasi kemasyarakatan,
3.pengetahuan,
4.bahasa,
5.kesenian,
6.Mata pencaharian
7.teknologi dan peralatan.
DIMENSI KEBUDAYAAN (Dinamis)
Edward Hall, dalam bukunya The Hidden Dimension, menyatakan bahwa lingkungan dan segala isinya merupakan ruang budaya. Dalam perspektif perencanaan ; ruang tersebut ditata untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk sesuai dengan budaya yang berkembang.
Pertanyaan; apakah perencanaan ruang sudah mengadaptasi ruang –ruang budaya sesuai dengan modal sosial dan kondisi lingkungan fisiknya?(ecological wisdom) minimal budaya subsistensi berlanjut.
“Kebudayaan adalah suatu set, yang berada dalam dinamika perkembangan, juga memperlihatkan sosok yang cukup jelas sebagai suatu jati diri (Identitas).“
terms kesadaran budaya, sosok jati diri, pembelaan budaya, martabat dan jati diri bangsa serta tanggung jawab mengenai perkembangan kebudayaan.
Teori J.L.A Brandes (1887):
Telah banyak teori yang mencoba menjelaskan perihal bagaimana caranya pengaruh kebudayaan India (Hindu-Buddha) sampai ke kepulauan Indonesia. Hal yang sudah pasti adalah berkat adanya pengaruh tersebut penduduk kepulauan Indonesia kemudian memasuki periode sejarah sekitar abad ke-4 M.
Menurut J.L.A Brandes (1887) penduduk Asia Tenggara termasuk yang mendiami kepulauan Indonesia telah mempunyai 10 kepandaian menjelang masuknya pengaruh kebudayaan India, yaitu:
(1) mengenal pengecoran logam,
(2) mampu membuat figur-figur manusia dan hewan dari batu, kayu, atau lukisan di dinding goa,
(3) mengenal instrumen musik,
(4) mengenal bermacam ragam hias,
(5) mengenal sistem ekonomi barter,
(6) memahami astronomi,
(7) mahir dalam navigasi,
(8) mengenal tradisi lisan,
(9) mengenal sistem irigasi untuk pertanian,
(10) adanya penataan masyarakat yang teratur
Criteria universal value/ (outstanding universal value (OUV)
—- (CWH = cultural world Heritage):
signifikansi suatu warisan budaya/dunia tergantung nilai universal luar biasa (outstanding universal value (OUV) dari atribut yang dimiliki oleh warisan budaya itu sendiri.
6 Kriteria-kriteria OUV adalah:
1.Merupakan mahakarya dari karya jenius umat manusia;
2.Memperlihatkan perubahan penting nilai kemanusiaan, yang telah melewati rentang waktu panjang atau di dalam suatu wilayah budaya di dunia, berupa bangunan arsitektur atau teknologi, seni monumental, perencanaan kota atau desain lanskap;
3.Mengandung keunikan atau setidaknya menjadi saksi dari sebuah tradisi budaya atau suatu peradaban yang masih ada (hidup) atau yang sudah hilang;
4.Menjadi contoh luar biasa suatu tipe bangunan arsitektural atau susunan teknologi atau lanskap yang menggambarkan suatu tahapan signifikan dalam sejarah manusia;
5.Menjadi contoh luar biasa suatu permukiman tradisional, penggunaan tanah atau laut, yang mewakili suatu budaya (atau budaya-budaya), atau interaksi manusia dengan lingkungannya, terutama ketika hal-hal yang tersebut menjadi rentan akibat dampak perubahan yang tidak bisa dicegah lagi;
6.Secara langsung atau tangiable terhubung dengan suatu perayaan atau tradisi hidup, berupa ide, atau berupa kepercayaan, karya artistik dan karya sastra dengan signifikansi luar biasa.
Peta Bahasa di Indonesia akar dari praktek toponimi
“Geographical names”, “nama unsur geografi”, “nama geografis” , “nama rupa bumi”, “unsur topografis” ,“place names” , “nama tempat” “toponym”, “toponimi” adalah: pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama tempat. (Ayatrohaedi, 1993, p. 10).
Toponimi bagian dari bahasa merupakan representasi pengetahuan dan pengalaman manusia dalam memberi nama bagian permukaan bumi sebagai tempat “place” (fungsional dan koqnitif). Toponimi merupakan gejala tradisi pemberian tanda atau identitas oleh manusia untuk bagian permukaan bumi atau “identitas tempat” atau “place identity”.
Bahasa merupakan wahana bagi kebudayaan dan bahasa mendukung identitas penuturnya (bangsa), Toponimi merupakan penanda warisan budaya bangsa.
Punahnya Toponimi – erosi bahasa – punahnya bangsa
Menurut Hood, 2014, bahasa tidak hidup sendirian tetapi hidup dengan bahasa lain, inilah yang dimaksud dengan ekologi bahasa. Lebih lanjut menuturkan bahwa bahasa membentuk ruang bagi penuturnya sebagai ruang demografis/geografis dan kognitif, bahasa dan ruang membentuk identitas penuturnya dan bahasa merupakan wahana bagi kebudayaan yang melatarinya dan mendukung identitas penuturnya.
Tonggak Budaya sebagai Pemelihara Sejarah
Perlukah dilakukan kembali anchorage oleh pemerintah thd sejumlah tonggak budaya yang berpotensi membangun kesatuan bangsa dan kebanggaan nasional ?
Tonggak budaya menjadi Symbol setelah mendapatkan makna (proses semiosis) oleh sosial –> anchorage (upaya pemaknaan oleh kelompok sosial dominan/kuasa(patron) terhadap kelompok yang dikuasai client/konstituen/bangsa untuk memelihara sejarah.
Objek Pemetaan Tematik Keruangan: Geografi Sejarah (F-T-S)
àrekonstruksi –àrefleksi nilai-nilai)
Dapat dikategorikan dari berbagai sudut pandang:
- Obyek Bergerak tidak bergerak di dalam, permukaan dan atas “Tanah/ruang”
–SDA, SDM, SDS, SDB,SDE, SD Kreatifitas dll
–Biotik dan Abiotik
–dll (menurut bentuk,fungsi)
Ini semua dapat dikelola melalui alat komunikasi dan informasi yang disebut “Bahasa Keruangan” yaitu Peta.
Meskipun Bahasa Keruangan tidak selalu menggunakan bahasa peta, namun peta dianggap yang lebih efektif untuk menunjukkan letak dan hubungan antara objek yang satu dengan objek yang lain ( simbol titik, garis, area + warna, ukuran huruf dan angka dll)
Selain Bahasa Peta, Bahasa melalui huruf dan angka (narasi, angka, grafik, table, image/foto, lisan dll), dapat dikatakan belum lengkap.
Leave a Reply