Peristiwa dan Model Teori Komunikasi
Pada awal-awal kemunculannya disiplin ilmu komunikasi mengambil dari disiplin ilmu lain. Beberapa teori model komunikasi kalau ditelaah secara cermat berasal dari disiplin ilmu tertentu. Tetapi kemudian menjadi disiplin ilmu komunikasi tersendiri. Salah satunya adalah teori model komunikasi dalam menerima informasi. Intinya jika seseorang melihat suatu peristiwa ataupun mendapat suatu informasi, maka peristiwa/informasi itu akan ditangkap dan diproses sedemikian rupa oleh seseorang dan kemudian dimunculkan kembali yang bisa saja keluarannya itu akan berbeda dengan peristiwa/informasi awal yang didapat sebelumnya. Hal ini bisa terjadi, karena dalam proses pengolahan informasi dalam diri seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi pada orang tersebut. Misalnya saja faktor pengalaman dan pengetahuan dan interes dari orang tersebut. Begitulah model teori komunikasi Gerbner, sejauh yang bisa saya tangkap. Mungkin saja penafsiran ini keliru, tapi itulah yang bisa saya tangkap waktu kuliah tigapuluh tahun lalu.
Penjelasan singkat di atas sebetulnya untuk lebih memperjelas berbagai pemberitaan di media sosial yang ramai akhir-akhir ini. “hiruk-pikuk” informasi di medsos bisa dilihat dari “kacamata” teori model komunikasi yang telah dijelaskan di atas. Masalah utamanya adalah bagaimana suatu peristiwa/informasi ditangkap dan dipersepsi orang, kemudian dimunculkan kembali dalam bentuk tulisan di media sosial. Informasi yang tadinya A setelah ditangkap dan dipersepsi orang kemudian muncul di medsos, bisa jadi menjadi Aa atau aAa atau aaaaaAaaaa. Karena itu, maka sangat penting untuk mengetahui informasi awal yang asli sebelum kita memberikan komentar dan menuliskannya di medsos.
Sebagai contoh, penulis membaca di medsos pendapat seseorang terhadap pernyataan mantan jenderal TNI berbintang tiga. Pendapatnya itu sangat mengerikan sekali. Apa betul seorang mantan petinggi TNI mengeluarkan pernyataan seperti itu. Kemudian penulis mencoba untuk mencari secara utuh pernyataannya itu. Setelah dapat di mencermati dengan seksama, ternyata penulis menganggapnya sebagai sesuatu hal yang biasa saja, tidak ada kata-kata yang bisa membuat “kegaduhan”. Mungkin juga karena selama ini penulis berada di lingkungan akademis, dimana “kacamata” di lingkungan akademis sangat berbeda dengan pandangan orang awam.
Inti dari tulisan ini adalah jika kita membaca pendapat orang di medsos, hendaknya sedapat mungkin diterima dengan “kepala dingin”. Lebih baik lagi kalau kita mencari informasi aslinya, sebelum menuliskan pendapat kita di medsos. Mana mungkin dan mana sempet untuk mencari informasi yang “asli” dalam situasi yang serba cepat berubah dan serba instan. Pada akhirnya kita harus tetap memakai nalar yang benar menurut hati nurani. Tetapi kalau akhirnya juga tak bisa bernalar dengan benar, serahkan saja pada Yang Maha Kuasa. Kita harus berbaik sangka apa yang terjadi itulah yang terbaik. Dia pasti akan memberikan solusi yang terbaik untuk kita, walaupun mungkin tidak sesuai dengan yang kita inginkan. apakah hal ini menunjukkan kelemahan kita? wallahu alam bisawab. (180316)