Akhirnya Kembali ke Asal
Setelah hampir selama 6 tahun warga UI tidak memperingati Dies Natalis, tahun ini pimpinan UI mengambil keputusan untuk memperingati hari kelahiran UI tanggal 2 Februari dengan berbagai macam kegiatan di bidang keilmuan, seni dan olah raga yang melibatkan pihak mahasiswa, karyawan, dosen dan alumni. Acara telah dimulai tanggal 16 Januari dengan pembukaan pertandingan olah raga dan puncaknya akan berlangsung 16 Februari dengan kegiatan Home Coming Day, dengan mengundang para alumni UI untuk ‘pulang kampung’ ke almamaternya.
Kegiatan terakhir peringatan Dies Natalis berlangsung pada bulan Februari tahun 2008, dimana puncak acara mengadakan lomba gerak jalan dan pemberian hadiah di Balairung Kampus Depok. Setelah itu, pimpinan UI sibuk mengadakan seminar menelusuri asal usul jejak pendirian UI. Kebetulan penulis melakukan pendokumentasian kegiatan seminar tersebut. Jadi tahu serba sedikit perdebatan apa yang terjadi dalam seminar tersebut. Penelusuran hari kelahiran UI tidak hanya sebatas seminar, tetapi juga sampai menelusuri arsip yang disimpan di negeri Belanda. Akhirnya ditemukan besluit (surat) Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintahkan untuk mendirikan sekolah mantri cacar di Batavia, untuk menanggulangi wabah cacar yang pada waktu itu berjangkit di Hindia Belanda. Surat itu tertanggal 2 Januari 1849. Dalam seminar itu juga diputuskan untuk membuat motto UI Veritas (kebenaran), Probitas (kejujuran) dan Iustitia (keadilan). Dengan mengambil kelahiran tanggal 2 Januari 1849, beberapa keuntungan yang bisa didapat, antara lain UI perguruan tinggi tertua di Indonesia (selama ini UGM mengklaim yang paling dahulu, karena kelahirannya pada bulan Desember 1949). Prestasi yang telah dicapai ilmuwan Belanda di Hindia Belanda yang meraih Nobel di bidang kesehatan, bisa diklaim sebagai prestasinya UI. Kerugiannya? Tak ada jiwa nasionalisme, seolah-olah UI adalah perpanjangan ‘tangan’ penjajah, atau kaki tangan penjajah.
Dalam seminar itu juga bukannya tidak ada penentangan terhadap penetapan hari kelahiran UI tanggal 2 Januari 1849. Tidak kurang mantan Rektor UI Prof. M.K. Tadjudin tidak setuju dengan penetapan Dies UI tanggal 2 Januari, walaupun tidak menafikan sejarah UI bermula dari sekolah mantri cacar yang kemudian berubah menjadi sekolah dokter jawa dan akhirnya menjadi Fakultas Kedokteran UI. Penetapan hari kelahiran UI ini juga dicoba untuk mendapat persetujuan dari Senat Akademik Universitas. Tetapi tidak kunjung keluar surat keputusan dari Senat. Walhasil hari kelahiran UI menggantung tak ada keputusan yang jelas selama 6 tahun.
Keputusan pimpinan UI untuk kembali merayakan Dies UI tanggal 2 Februari bukan tanpa dasar yang kuat. Sandarannya kepada Statuta UI yang baru keluar tahun lalu. Setelah Konferensi Meja Bundar di Belanda (KMB) yang berlangsung bulan Desember 1949, dimana pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI) dilakukan penyerahan aset-aset di Indonesia kepada pemerintah RI. Tanggal 2 Februari 1950, aset-aset Universiteit van Indonese bentukan Belanda diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Tanggal ini juga disinggung oleh Rektor UI yang waktu itu dijabat Prof.Mr. Supomo waktu acara peringatan Dies UI tahun 1952.
Tanggal dan tahun berapa pun UI berdiri, barangkali orang kebanyakan tidak akan peduli. Mereka akan peduli apa yang telah dan akan diperbuat UI, dan bagaimana kiprahnya dalam menyejahterakan masyarakat. Banyak pengamat menyatakan, peran UI sebagai sebuah lembaga tahun-tahun belakangan ini tidak terasa gemanya secara nasional. Karena itu, inilah saatnya UI “unjuk gigi” dengan tindakan yang positif bagi kesejahteraan rakyat dan kemajuan Bangsa. (290114)