January 29, 2014

Akhirnya Kembali ke Asal

Filed under: Kampusiana — rani @ 8:38 am

Setelah hampir selama 6 tahun warga UI tidak memperingati Dies Natalis, tahun ini pimpinan UI mengambil keputusan untuk memperingati hari kelahiran UI tanggal 2 Februari dengan berbagai macam kegiatan di bidang keilmuan, seni dan olah raga yang melibatkan pihak mahasiswa, karyawan, dosen dan alumni. Acara telah dimulai tanggal 16 Januari dengan pembukaan pertandingan olah raga dan puncaknya akan berlangsung 16 Februari dengan kegiatan Home Coming Day, dengan mengundang para alumni UI untuk ‘pulang kampung’ ke almamaternya.

Kegiatan terakhir peringatan Dies Natalis berlangsung pada bulan Februari tahun 2008, dimana puncak acara mengadakan lomba gerak jalan dan pemberian hadiah di Balairung Kampus Depok. Setelah itu, pimpinan UI sibuk mengadakan seminar menelusuri asal usul jejak pendirian UI. Kebetulan penulis melakukan pendokumentasian kegiatan seminar tersebut. Jadi tahu serba sedikit perdebatan apa yang terjadi dalam seminar tersebut. Penelusuran hari kelahiran UI tidak hanya sebatas seminar, tetapi juga sampai menelusuri arsip yang disimpan di negeri Belanda. Akhirnya ditemukan besluit (surat) Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintahkan untuk mendirikan sekolah mantri cacar di Batavia, untuk menanggulangi wabah cacar yang pada waktu itu berjangkit di Hindia Belanda. Surat itu tertanggal 2 Januari 1849. Dalam seminar itu juga diputuskan untuk membuat motto UI Veritas (kebenaran), Probitas (kejujuran) dan Iustitia (keadilan). Dengan mengambil kelahiran tanggal 2 Januari 1849, beberapa keuntungan yang bisa didapat, antara lain UI perguruan tinggi tertua di Indonesia (selama ini UGM mengklaim yang paling dahulu, karena kelahirannya pada bulan Desember 1949). Prestasi yang telah dicapai ilmuwan Belanda di Hindia Belanda yang meraih Nobel di bidang kesehatan, bisa diklaim sebagai prestasinya UI. Kerugiannya? Tak ada jiwa nasionalisme, seolah-olah UI adalah perpanjangan ‘tangan’ penjajah, atau kaki tangan penjajah.

Dalam seminar itu juga bukannya tidak ada penentangan terhadap penetapan hari kelahiran UI tanggal 2 Januari 1849. Tidak kurang mantan Rektor UI Prof. M.K. Tadjudin tidak setuju dengan penetapan Dies UI tanggal 2 Januari, walaupun tidak menafikan sejarah UI bermula dari sekolah mantri cacar yang kemudian berubah menjadi sekolah dokter jawa dan akhirnya menjadi Fakultas Kedokteran UI. Penetapan hari kelahiran UI ini juga dicoba untuk mendapat persetujuan dari Senat Akademik Universitas. Tetapi tidak kunjung keluar surat keputusan dari Senat. Walhasil hari kelahiran UI menggantung tak ada keputusan yang jelas selama 6 tahun.

Keputusan pimpinan UI untuk kembali merayakan Dies UI tanggal 2 Februari bukan tanpa dasar yang kuat. Sandarannya kepada Statuta UI yang baru keluar tahun lalu. Setelah Konferensi Meja Bundar di Belanda (KMB) yang berlangsung bulan Desember 1949, dimana pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI) dilakukan penyerahan aset-aset di Indonesia kepada pemerintah RI. Tanggal 2 Februari 1950, aset-aset Universiteit van Indonese bentukan Belanda diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Tanggal ini juga disinggung oleh Rektor UI yang waktu itu dijabat Prof.Mr. Supomo waktu acara peringatan Dies UI tahun 1952.

Tanggal dan tahun berapa pun UI berdiri, barangkali orang kebanyakan tidak akan peduli. Mereka akan peduli apa yang telah dan akan diperbuat UI, dan bagaimana kiprahnya dalam menyejahterakan masyarakat. Banyak pengamat menyatakan, peran UI sebagai sebuah lembaga tahun-tahun belakangan ini tidak terasa gemanya secara nasional. Karena itu, inilah saatnya UI “unjuk gigi” dengan tindakan yang positif bagi kesejahteraan rakyat dan kemajuan Bangsa. (290114)

January 28, 2014

In Memoriam Iqbal Djajadi

Filed under: Kampusiana — rani @ 12:16 pm

Penulis merasa perlu untuk mengenang sahabat ( almarhum) Iqbal Djajadi, dosen Departemen Sosiologi FISIP yang meninggal hari Kamis 23 Januari 2014 pukul 01.20 WIB di Bogor. Pertama karena tahun 1990 satu angkatan Latihan Pra-jabatan di UI. Kedua, penulis sempat bicara secara intens setelah terjadi musibah kebakaran Laboratorium Departemen Sosisologi FISIP UI.

Waktu Prajabatan, Iqbal dikenal peserta yang paling “ngocol” sekaligus kreatif,membuat suasana menjadi hidup dan segar. Waktu itu, kegiatan Prajabatan masih digabung dengan para dosen Politeknik Negeri Jakarta dan ada satu orang peserta dosen Universitas Gajah Mada, yang kebetulan baru menyelesaikan Program S2 di fakultas Ilmu Komputer UI. Lurah, kepala suku atau ketua angkatan Prajabatan dipegang Gihik (Prof. Hikmahanto Juwana, SH, LL.M.,Ph.D). Di dalam angkatan Prajabatan ini juga bergabung Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. MH ketua Mahkamah Konstitusi yang pertama. Kegiatan Prajabatan selama tiga minggu, sangatlah membosankan. Tetapi Iqbal mempunyai ide kreatif, dengan membuat buletin berjalan, dimana isinya mengomentari tentang berbagai hal yang boleh ditulisi atau dikomentari setiap peserta yang membacanya, untuk menghilangkan kejenuhan. Penulis sempat membukukan buletin tersebut yang disatukan dengan buku daftar peserta Prajabatan angkatan 1990. Tapi sayangnya hingga saat ini buku tersebut belum ditemukan disimpan dimana.

Beberapa waktu setelah pelantikan sebagai wakil Dekan, penulis sempat berbincang cukup lama, memberikan masukan bagaimana menyatukan kembali warga FISIP dan alumninya setelah sempat terjadi perbedaan pendapat yang cukup tajam tentang kepemimpinan Rektor terdahulu. Kemudian penulis juga menyarankan untuk melakukan reuni angkatan Prajabatan 1990, yang diselenggarakan di FISIP. Dia menyetujui. Beberapa Wakil Dekan fakultas ternyata ada juga yang satu angkatan Prajabatan, sehingga sangat tepat kalau dilakukan reuni untuk merajut kembali kebersamaan diantara warga UI. Hal ini juga sempat dibicarakan pada saat kegiatan Capacity Building yang diadakan di Hotel Novotel Bogor.

Namun apa daya, ketika kegiatan belum berlangsung lama, malam hari tanggal 22 Januari sehabis makan malam, Iqbal merasa sakit di sebelah kanan perut bagian bawah. Maka ketika acara berlangsung, Iqbal masih duduk di luar ruangan sambil meringis menahan sakit. Mukanya pucat pasi, seperti kehilangan darah. Penulis segera memberi tahu Warek III UI Prof. Dr.dr.Siti Setiati, Sp.PD(K) yang memang ahli penyakit dalam. Kemudian Warek III menanyakan apakah ada riwayat penyakit darah tinggi atau jantung, Iqbal menjawab tidak. Akhirnya diberi obat untuk menahan asam lambung. Tapi rupanya tidak mempan, dia pergi ke toilet untuk muntah. Penulis temani ke toilet untuk jaga-jaga barangkali perlu bantuan mendadak. Setelah muntah, tampaknya mulai agak membaik.

Penulis segera masuk ruangan, karena acara akan segera dimulai ceramah yang disampaikan Andrie Wongso, seorang tokoh motivator dan inspirator. Hari berjalan bertambah larut. Iqbal tidak terlihat ada di ruangan. Acara kemudian berganti dengan ceramah yang disampaikan Dr. Lim Jui dari Nanyang University Singapore. Seorang panitia dengan terburu-buru meninggalkan ruangan, akan mengantarkan Iqbal Djajadi ke Bogor Medical Center (BMC) untuk dilakukan pengobatan lebih lanjut. Menurut salah seorang dokter yang ikut mengantar ke BMC, ketika sudah dipasang peralatan medis, nyawa Iqbal tidak tertolong lagi, terkena serangan jantung. Sesungguhnya kita ini Milik Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. (280113)