Lingkungan Mempengaruhi seseorang
Ini cerita tentang seseorang yang ingin meraih kesuksesan karena dipengaruhi faktor lingkungan. Cerita ini baru saja didengar siang ini dari orang tua si anak. Tersebutlah seorang pegawai UI yang sudah jadi PNS dengan modal ijazah SLA. Sudah cukup lama bekerja, sehingga pangkatnya sudah mencapai III/B. Berasal dari kalangan keluarga bisa, mempunyai dua anak, yang pertama perempuan sudah menikah dan yang kedua masih mahasiswa. Bekerja sebagai staf yang mencatat surat-surat yang masuk dan mengirimkan surat ke berbagai unit kerja di lingkungan UI.
Anak yang terakhir (laki-laki) lulus dari salah satu SMA Negeri di Depok. Bercita-cita ingin jadi seorang ahli komputer. Karena bapaknya bekerja di UI, maka dia pun bertekad untuk bisa kuliah di UI. Setelah mendapat ijazah SLA dia melamar kerja di ANZ Panin. Tahun pertama setelah lulus dia coba-coba ikutan tes masuk UI jalur SIMAK tetapi gagal, karena yang dipilih adalah Fakultas Ilmu komputer. Satu program studi yang banyak peminatnya tingkat keketatannya sangat tinggi.. Padahal prestasi di SMA terbilang pintar, masuk dalam rangking 10. Sambil terus bekerja dia belajar mempersiapkan diri mengikuti tes masuk tahun berikutnya. Program studi yang dipilih masih tetap komputer, karena kegiatan sehari-hari di tempat bekerjanya berhubungan dengan komputer. Tes yang kedua kali ini pun gagal lagi. Tapi dia tetap tidak berputus ada. Dia belajar lagi mempersiapkan diri, tapi tidak ikut dalam bimbingan tes, karena biayanya yang terbilang mahal. Atas saran orang tuanya dia memilih program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan dan Sastra Arab. Akhirnya pada tes masuk yang ketiga kali ini jebol juga dan diterima di Fakultas Ekonomi reguler. Kini sudah duduk di semester 6. Karena orang tuanya PNS UI mendapat keringanan membayar uang SPP Rp400.000/semester, sedangkan dana pembangunan hanya membayar Rp 1.000.000.
Menurut cerita dari orang tuanya, Konon si anak ngotot ingin kuliah di UI, karena merasa bapaknya sebagai PNS UI sering bercerita tentang berbagai kegiatan di UI yang menarik hatinya. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya dia belajar sendiri tanpa mengikuti bimbingan tes dan bekerja untuk membiayai hidupnya. Masuk UI tanpa minta “katebelece” kepada atasan orang tuanya. Hanya untuk pembayaran SPP orang tuanya meminta keringanan kepada UI.Tiga tahun harus menunggu sebelum akhirnya menjadi bagian dari Sivitas Akademika UI.(260313)