Dari KKN Hingga K2N (di UI)
Hingga kini, di beberapa perguruan tinggi negeri masih masih menawarkan matakuliah K2N (Kuliah Kerja Nyata) dengan bobot SKS sebesar 3. Di beberapa perguruan tinggi negeri matakuliah ini termasuk kategori yang wajib diambil setiap mahasiswa. Sementara beberapa perguruan tinggi negeri lainnya hanya bersifat pilihan. Di tingkat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti Kemendikbud) ada bagian yang khusus menangani hal ini, bahkan disediakan pembiayaan anggaran dari APBN.
Bagaimana awal mulanya terjadinya kegiatan ini? Menurut (alm) Prof. Kusnadi Hardjasoemantri mantan Rektor UGM seperti yang dituturkan kepada penulis, pada tahun 1950 an, Indonesia kekurangan tenaga pengajar (guru) untuk mengajar di berbagai daerah pelosok Indonesia. Untuk mengatasi kekurangan itu, maka dikerahkan tenaga sukarelawan para mahasiswa untuk bertugas mengajar di daerah-daerah pelosok Indonesia. Prof. Kusnadi kebetulan mendapat tugas mengajar di provinsi NTT. (Salah seorang anak didiknya dari NTT yang berhasil menjadi orang ternama di tingkat nasional yaitu Adrianus Mooy, Gubernur Bank Indonesia dari tahun 1988 hingga 1993). Dari situlah kemudian dibuat program Kuliah Kerja Nyata di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Prof. Kusnadi pula pada tahun 1998 pada satu acara diskusi tentang Reformasi di Balairung Kampus UI depok, mendeklarasikan supaya Kuliah Kerja Nyata, singkatannya diubah menjadi K2N, supaya tidak keliru dengan singkatan yang berkonotasi negatif dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang ditentang kelompok pro Reformasi.
Di UI program KKN mulai diberlakukan sejak tahun 1979 hingga tahun 1982, di beberapa wilayah Jawa Barat. Kemudian terhenti sebentar, pada tahun 1985 dimulai lagi program KKN di wilayah Serpong Tangerang (waktu itu masih masuk Provinsi Jawa Barat). Tahun berikutnya wilayah kerja KKN diperluas di daerah pinggiran Jakarta dan Kepulauan Seribu. Pada tahun 1993 dicoba melakukan kegiatan KKN bersama antara tiga perguruan tinggi yaitu UI, ITB dan IPB. Lokasinya di daerah Kecamatan Jonggol dan kecamatan Cariu Bogor, yang akan dijadikan tempat pusat ibukota negara (tapi kemudian tidak jadi). Tahun 2002 hingga 2007 kegiatan terhenti, pimpinan UI waktu itu tidak setuju dengan program KKN, yang lebih berorientasikan kepada masyarakat pedesaan.
Baru pada tahun 2008 dimulai lagi program K2N dengan mengambil lokasi di Desa Leuwinanggung Depok. Setelah itu tahun 2009 K2N UI melakukan “lompatan besar” dengan melakukan kegiatan K2N yang mengusung tema mengenal pulau pulau terdepan dan daerah perbatasan. Selama 4 tahun K2N UI didapat temuan adanya keterbatasan komunikasi, transportasi, penerangan, rendahnya ingkat pendidikan dan kesehatan. Hal ini menjadi keprihatinan UI, mengingat kita telah merdeka selama delapan windu, tetapi masih ada saudara-saudara kita di NKRI yang masih belum bisa menikmati hasil-hasil kemerdekaan seperti saudara saudara di pulau lainnya.
Daerah yang telah dijadikan lokasi K2N UI (2009 -2012) antara lain yaitu Pulau Miangas (Sulawesi Utara), Sabang (Provinsi Aceh), Pulau Subi Kecil (Kab. Natuna) Entikong (Kab. Sanggau), Pulau Sebatik (Kab. Nunukan – Kaltim), Kecamatan Rote dan Rote Barat Daya (NTT), Pulau Selaru ( Kab. Maluku Tenggara Barat), Desa Sota (kab. Merauke), Pulau Ende, Pulau Alor, Pulau Pantar (kab. Alor NTT), Perbatasan NKRI Distrik Oecussi (Kab. Timor Tengah Utara – NTT), Pulau Liran (Kab. Maluku Barat Daya – Maluku), Pulau Waigeo dan Kep. Ayau (Kab. Raja Ampat – Papua Barat), Kec. Wasior (kab. Teluk Wondama – Papua Barat), Pulau Karimata dan Pualau Serutu (Kab. Kayong Utara – Kalbar), Kecamatan Puring Kencana (Kab. Kapuas Hulu – Kalbar), Desa Long Berang Kecamatan Mentarang Hulu dan Desa Paking Kecamatan(kab. Malinau _Kaltim), perbatasan Motaain dan Turiskai (Kab. Belu – NTT). (220313)