August 25, 2011

Fakultas Farmasi dan Profesor Honoris Causa

Filed under: Uncategorized — rani @ 10:59 am

Susah juga rupanya untuk membuat alinea pertama pada satu tulisan sehingga menjadi menarik untuk diperhatikan pembaca. Apalagi membuat judul tulisan yang bisa langsung “memagut” perhatian. Akhirnya balik lagi kepada permulaan tulisan-tulisan sebelumnya, yaitu dengan mengemukakan, ketika secara tidak sengaja saat antri di Bank BNI yang lokasinya di Gedung Perpustakaan baru, penulis bertemu dengan seorang ibu, salah seorang dosen Departemen Ilmu Farmasi FMIPA UI. Lokasi disini senantiasa disebutkan untuk menunjukkan pertemuan dan obrolan yang terjadi berlangsung secara spontan dan mendadak tanpa mempersiapkan bahan/materi obrolan, sehingga topik yang muncul pun lebih hanya sekedar improvisasi dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya di dalam pikiran.

Sudah sering bertemu dengan ibu ini, yang sayangnya lupa namanya, paling-paling hanya menyapa basa-basi saja. Tetapi suatu saat dia pernah bertemu dengan paman penulis staf pengajar di FKG dan mereka cerita tentang masa lalunya yang sama-sama alumni SMA sat u Jakarta, akhirnya penulis jadi tahu, dia tinggal di Jalan satu kelurahan di Senen Jakarta Pusat, dimana penulis juga tinggal cukup lama, sebelum akhirnya pindah ke asrama mahasiswa Daksinapati di Rawamangun. Sambil menunggu antrian ke loket teller, Ibu tersebut banyak cerita tentang masa lalu jaman sekolah di SMP 10 dan SMA I, hingga akhirnya cerita tentang UI masa kini. Bagaimana menunggu hasil sertifikasi dosen yang lamanya bisa mencapai tiga bulan. Padahal sertifikasi dosen ini akan sangat menentukan untuk mendapatkan tunjangan jabatan sebagai sebagai dosen. Bagaimana dua anaknya kuliah di Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, sebelum lulus sudah ada perusahaan yang mempekerjakannya. Penulis menimpali, Memang Departemen Administrasi termasuk salah satu yang berkembang pesat dan bahkan akan menjadi Fakultas tersendiri.

Ibu tersebut juga secara spontan menyatakan Departemen Farmasi FMIPA UI juga akan menjadi Fakultas sendiri, terpisah dari FMIPA. Dan Senat Universitas sudah menyetujuinya, sehingga fakultas baru ini akan masuk dalam rumpun bidang ilmu kesehatan. Penulis bertanya setengah bercanda, gedung fakultasnya dimana? Apa nanti mau numpang terlebih dahulu di Kampung jamu Martha Tilaar di Cikarang? Dua tahun lalu rombongan pimpinan UI sempat melihat kampong jamu tersebut. Bahkan setahun lalu Martha Tilaar telah menyumbangkan jenis tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat yang ditanam di halaman FMIPA UI. Kalau tidak salah UI juga telah melakukan penandatanganan kerjasama di bidang pendidikan dan Penelitian dengan perusahaan jamu Martha Tilaar. Pada saat peresmian pembukaan program S2 Herbal/obat-obatan alami Rektor dan Marta Tilaar sempat memberikan kuliah perdana. Menurut ibu ini pula, ada kabar Martha Tilaar akan dikukuhkan sebagai profesor karena kepakarannya di bidang obat-obatan tumbuhan alami. Secara akademik, Martha Tilaar telah mendapatkan gelar doktor honoris causa. Kalau memang nanti jadi dikukuhkan, maka berarti Martha Tilaar yang pertama kali mendapat gelar Profesor honoris causa. (250811)

August 24, 2011

Indahnya Hidup Sehat

Filed under: Uncategorized — rani @ 3:47 pm

Siang ini (24/08) baru saja mendapat pencerahan dari seorang teman , dosen FIB UI yang dulu sama-sama tinggal di asrama mahasiswa UI daksinapati Rawamangun. Memang sudah lama tidak bertemu dengannya. Tampak lebih kurus, agak pucat, tapi agak lebih muda dari usia sebenarnya. Februari lalu baru saja selesai operasi jantung di RS Harapan Kita. Dadanya dibelah dan dilakukan pembuatan sambungan pembuluh darah baru, karena tiga pembuluh darah yang ada, satu nyaris putus dan yang dua lagi tidak berfungsi karena tersumbat. Selama tiga bulan dia istirahat total.

Mulanya dia merasa sehat tidak mempunyai keluhan apa-apa, karena itu ketika memeriksakan kesehatannya, tenang-tenang saja. Setelah dokter memeriksanya, hari itu juga dia tidak diperbolehkan pulang tetapi harus tinggal di rumah sakit dan segera dilakukan tindakan operasi. Selain jantung, rupanya ada masalah dengan fungsi ginjal karena asam uratnya tinggi, Sangat beresiko kalau operasi jantung tetapi ada fungsi organ tubuhnya yang tidak beres. Bisa beresiko meninggal atau cuci darah terus menerus. Mulailah kepanikan melanda dirinya. Walaupun di lingkungan asrama dulu dan sekarang di tempat tinggalnya di Bojong masuk dalam golongan orang-orang yang shaleh, aktif menjadi imam di mesjid, tetapi rupanya takut juga kalau menghadapi maut. Karena itu dia meminta maaf kepada orang-orang yang dikenal cukup dekat melalui sms, termasuk kepada rektor UI sebagai sesama teman asrama Daksinapati.

Ketika akan dilakukan operasi jantung, asam uratnya tinggi sangat tinggi. Tetapi ketika akan dilakukan operasi menurun secara drastis. Selama 6,5 jam dilakukan operasi “membuat” pembuluh darah baru karena pembuluh darah yang ada sudah tidak berfungsi. Selama operasi tidak sadar dan tidak merasakan apa-apa, seperti layaknya orang tertidur pulas. Begitu sadar dan mengetahui kondisinya yang baru, yang dia rasakan pertama kali yaitu betapa nikmatnya dapat menghirup udara segar tanpa mendapat hambatan. Itulah kenikmatan pertama yang tidak bisa dinilai dengan materi.

Kenapa bisa terjadi penyumbatan pembuluh darah, padahal bukan perokok? Rupanya dia seorang perokok pasif, kerapkali berada di lingkungan dan komunitas para perokok dan tidak menyadari kemungkinan bahaya yang menimpa. Berapa biaya keseluruhan operasi? Tidak kurang dari seratus enampuluh juga rupiah, tapi dia hanya membayarnya empatratus ribu saja karena sudah ditanggung asuransi kesehatan (askes) sebagai PNS. Dari pengalamannya itu dia berpesan supaya kita menjaga kesehatan dan jangan mencoba-coba mengobati diri sendiri dengan membeli obat sendiri untuk mengatasi penyakit yang diderita. Diusahakan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter obat apa yang cocok untuk mengatasi satu penyakit. Tuhan selalu memberi peringatan dini kepada kita terhadap penyakit yang diderita melalui ‘sinyal-sinyal’ tertentu. Karena itu kita harus sensitif dan perlu latihan untuk dapat menangkap sinyal tersebut. (240811)

Bungkusan Bingkisan

Filed under: Uncategorized — rani @ 11:39 am

Menjelang puasa dan mendekati lebaran, hampir setiap kantor sibuk dengan urusan bungkus membungkus untuk dijadikan bingkisan/parsel. Apakah untuk para relasi, bos-bos atau para karyawan. Ini barangkali salah satu hikmah dari kegiatan puasa, selain mengadakan acara buka puasa bersama yang kerap dilakukan apakah di rumah bos, atau di tempat-tempat yang menyediakan makanan prasmanan dalam jumlah banyak. Hal ini menumbuhkan kehidupan perekonomian di kalangan masyarakat bawah dan menengah. Kalau dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, bingkisan ini hanya terbatas untuk para pejabat yang menduduki posisi kunci dalam satu perusahaan/instansi. Sehingga kalau kita berkunjung ke rumah seorang pejabat/petinggi negara, di rumahnya penuh sesak dengan bingkisan dari para relasi. Namun ketika diisukan bingkisan itu sebagai suatu gratifikasi, bingkisan untuk para pejabat semakin menyurut.

Hari ini (24/08) di UI khususnya di lingkungan Pusat Administrasi universitas, terlihat suasana keramaian yang lain dari biasanya, karena banyaknya tas-tas bingkisan yang dibagi-bagikan kepada semua pegawai mulai dari pejabat lapisan atas hingga tukang sapu jalanan dan cleaning service mendapatkan satu tas yang berisi, satu kaleng kueh kering, satu kaleng susu, kental manis, satu kotak teh celup, satu bungkus permen, satu kantong plastik goreng kacang, serta satu botol sirup. Ada sekitar 1650 orang yang mendapat bingkisan. Kalau ditotal biaya untuk bingkisan itu sekitar Rp 160 jutaan. Menjelang puasa pada akhir Juli lalu, para pegawai UI juga mendapat bingkisann berupa satu dus kurma Tunisia, satu botol sirup, satu kilogram gula, satu liter minyak goreng. Masih ada satu bingkisan lagi mendekati hari H lebaran, yaitu berupa daging sapi masing-masing mendapat 2 kilogram. Total biaya untuk pembagian daging sapi ini sekitar Rp 200 jutaan.Tradisi pembagian daging ini baru berlaku ketika UI dibawah kepemimpinan Prof. Dr.derSoz. Gumilar Rusliwa Somantri. Kebiasaan bermula berlaku di FISIP, saat menjabat sebagai Dekan. Kini tradisi pembagian daging ini pun diberlakukan pula oleh Dekan FISIP yang menggantikannya.

Darimana uang untuk mengadakan bingkisan itu? Konon katanya, dulu ketika dr. Purnomo untuk pertama kalinya menjabat sebagai ketua MWA UI, dia mengeluarkan dari kocek sendiri, suatu pengeluaran dari zakat penghasilannya sebagai pengusaha. Tetapi kini, katanya Direktorat SDM UI mengambil dari anggaran yang telah dimasukkan dalam RKAT. Entahlah, apakah kini ketua MWA UI masih memberikan pajak penghasilannya untuk warga UI, setelah lembaga MWA UI berada dalam keadaan status quo karena pembatalan UU BHP oleh Mahkamah Konstitusi. (240811)

August 23, 2011

“Benang Merah” Tenis

Filed under: Uncategorized — rani @ 3:54 pm

Seorang sahabat mengirimkan surat elektronis (milis) percakapannya dengan seorang teman yang dulu akhir dasawarsa tahun 1980 an pernah sama-sama tinggal di Mataram ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat. Teman itu kini bertugas sebagai pejabat Bapelkes Kementerian Kesehatan di Pulau Batam. Mungkin satu hal yang biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tapi informasi itu “menggedor” memori penulis, karena setelah sekian puluh tahun kemudian ternyata ada ‘benang merahnya’.

Selama enambulan di Tahun 1989 hingga 1990, sebelum menjadi PNS di UI, penulis berkesempatan menjadi tenaga sukarelawan sebagai pembuat alat bantu penyuluhan kesehatan di CARE Internasional Lombok, yang kantor pusatnya berada di Kanada. Kebetulan CARE cabang Jakarta merekrut dan menugaskan penulis ke Mataram Lombok. Sebelumnya, tahun 1986 penulis untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di bumi gora (Lombok) mengantar seorang sahabat yang akan bertugas sebagai dokter Inpres di Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa. (waktu itu masih program dokter Inpres belum PTT). Ketika penulis bertugas di CARE, sang dokter inpres tadi sudah bertugas di Rumah Sakit Jiwa Selagalas Mataram, dan penulis nunut di rumah kontrakan sang dokter. Dengan demikian bisa menghemat pengeluaran.

Diantara teman-teman dokter tersebut, penulis berkenalan dengan satu keluarga asal Bandung yang bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Istrinya lulusan sejarah Unpad Bandung bekerja di Musium Lombok. Sementara sang Suami lulusan farmasi Unpad bertugas sebagai petugas pengadaan obat-obatan. Waktu itu suami-istri ini punya anak kecil perempuan berumur dua tahun, lagi lucu-lucunya. Kepala Kanwil Kesehatan NTB waktu itu seorang dokter lulusan Undip tetapi mengambil sarjana kesehatan masyarakatnya didapat dari UI. Senang olahraga tenis. Penulis bersama teman lulusan farmasi Unpad sempat main tenis dengan Kakanwil Kesehatan tersebut.

Puluhan tahun kemudian, mantan Kakanwil Kesehatan NTB tersebut menjadi atasan istri penulis di Departemen Kesehatan, saat dia menjabat sebagai staf ahli Menteri Kesehatan. Ketika terjadi rasionalisasi pegawai di Kementerian Kesehatan, atas saran mantan kakanwil Kesehatan NTB tersebut istri penulis pindah ke Kementerian pemberdayaan perempuan (PP) di Merdeka Barat, yang ternyata ada beberapa orang pejabat di Kementerian PP berasal dari Kementerian Kesehatan juga. Rencananya beberapa hari setelah lebaran penulis merencanakan pertemuan dengan teman tersebut di Bandung. Anaknya yang dulu berumur dua tahun, kini sudah menikah dan tengah studi tingkat akhir di Fakultas Kedokteran Unpad. (230811)

August 22, 2011

Keluarga MIPA yang Ruarrr Biasa

Filed under: Uncategorized — rani @ 1:26 pm

Pagi ini ketika menunggu antrian di Bank BNI Kampus Depok bertemu dengan seorang teman, dosen Agama Islam di UI. Waktu ditanyakan ada keperluan apa, dia mengatakan mengurus SPP anaknya yang baru masuk UI dan hari ini pelunasan hari terakhir. Waktu mau membayar di Bank BNI ternyata data anaknya tidak ada, sehingga pembayarannya harus dilakukan di Bagian Keuangan di lantai 4 Gedung Rektorat (Gedung Pusat Administrasi universitas). Sudah sejak minggu lalu, di seputar Gedung rektorat ramai dengan para mahasiswa yang melakukan registrasi, membuat kartu mahasiswa dan mengambil jaket kuning. Hari kamis lalu juga di Gedung Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat berdiri tenda untuk melayani para lulusan calon wisudawan yang akan mengambil toga.

Pertama kali bertemu dengan teman dosen agama tersebut awal tahun 1980 an ketika sering main ke kampus Salemba dan “nongkrong” di Mesjid Arif Rahman Hakim (ARH) . Waktu itu Ketua Mesjid ARH Prof. M. Daud Ali, SH sering mengadakan kegiatan pelatihan bagi (calon) dosen agama. Salah seorang diantaranya yaitu teman yang ketemu di Bank BNI. Orangnya berpenampilan biasa dan tidak terlalu dikenal di kalangan para aktivis mesjid ARH. Biasanya kalau ketemu hanya sekedar basa basi saja seperlunya. Tapi kali ini bicara agak panjang mengenai anak-anaknya yang berjumlah empat orang. Semuanya perempuan. Setelah mendengarkan ceritanya, penulis Cuma bisa mengatakan “ooo..ooo” dan decak kekaguman. Mungkin karena doa daripada kedua orang tuanya, anak-anaknya bisa mencapai prestasi seperti sekarang ini.

Anak pertama, lulusan Geografi FMIPA, sudah menjadi PNS di Badan Pertanahan Nasional, tinggal menunggu penempatan di daerah. Anak kedua, September yang akan datang akan diwisuda, lulusan Biologi FMIPA UI. Anak ketiga kuliah di Matematika FMIPA UI sudah semester tujuh. Dan yang terakhir si bontot, baru masuk Matematika FMIPA UI. Anak terakhir ini sebelumnya dapat undangan masuk UI tanpa tes, tapi ternyata tidak diterima. Waktu ikut tes di Sekolah Tinggi Statistik (STS) dia dinyatakan diterima, tapi ketika tahu diterima di UI akhirnya dia tinggalkan STS walaupun sudah disediakan tawaran beasiswa.

Bidang Ilmu MIPA sekarang tampaknya menjadi tren dan banyak diminati. Kalau dahulu jumlah masiswa tiap jurusan/Departemen hanya berkisar tigapuluh sampai empatpuluh, kini bisa mencapai jumlah enampuluhan orang. Matematika sebagai suatu ilmu murni, ternyata mempunyai peminatan yang cukup luas dan berkaitan dengan bidang ilmu terapan lainnya. Bahkan para alumni MIPA banyak yang menjadi tokoh politik, jauh dari luar bidang keilmuannya. Seorang teman lulusan MIPA, yang pada jaman mahasiswa dahulu seorang aktifis, sejak lulus malahan berkecimpung di bidang pers. Kini tengah mempersiapkan pendirian stasiun televisi di Bandung. Jadi memang, tidak salah kalau teman yang diceritakan di atas mengarahkan empat putrinya menekuni bidang keilmuan MIPA, diversifikasi bidang pekerjaannya sangat luas, tidak melulu berkutat di bidang disiplin keilmuannya saja. (220811)

August 19, 2011

Ketemu Dr. Terry Mart

Filed under: Uncategorized — rani @ 4:52 pm

Kalau halaman parkir bagi banyak orang hanya sekedar tempat menyimpan kendaraan, maka lain halnya bagi penulis. Tempat tersebut dan halaman seputar gedung pusat administrasi universitas (rektorat) selalu menjadi inspirasi untuk membuat suatu tulisan. Dua tempat ini kerap menjadi tempat bertemu orang-orang yang sudah lama tidak bertemu Seperti yang terjadi siang ini (19/08) di halaman gedung rektorat kampus Depok.

Di halaman rektorat, bertemu dengan Dr. Terry Mart baru pulang dari Bank BNI di Perpustakaan Pusat yang baru, kebetulan mengambil jalan ke rektorat. Penulis ceritakan tentang obrolan penulis dengan Yuni Ikawati, wartawan senior Kompas yang mempunyai keinginan membuat tulisan tentang kiprah dan karya para dosen dan peneliti UI. Kalau Yuni berkepentingan untuk tulisan di kompas, sedangkan penulis berkeinginan membuat video tentang kegiatan sehari-hari para peneliti untuk kepentingan web UI. Ketika sedang ngobrol, datang kepala Bagian Kepegawaian UI yang langsung memberikan ucapan selamat, karena SK Guru Besar Dr. Terry Mart telah turun, terhitung mulai tanggal 1 Juni 2011. Terbilang telat juga, kalau mengingat sumbangan publikasi ilmiahnya yang cukup signifikan sejak tahun 2007. Tidak lama kemudian datang Wakil Rektor III UI, Sunardji SE.MSM yang mengucapkan selamat juga kepada Dr. Terry Mart dengan mengatakan, “Profesor Termuda di UI”. Warek III ini juga mempunyai gagasan untuk mendata dan mengumpulkan para Guru Besar akuntansi seluruh Indonesia, karena latar belakang pendidikannya sebagai dosen akuntansi. Sayangnya dia tidak bisa meraih gelar profesor karena belum meraih jenjang doktor, sudah terlalu sibuk dengan urusan birokrasi.

Dilahirkan di Palembang 3 Maret 1965 , mahasiswa Teladan UI (1987) lulus dari Jurusan Fisika FMIPA UI tahun 1988 dengan yudisium cum laude dan meraih gelar doktor dari Universitas Mainz Jerman tahun 1996 dengan yudisium Cum laude juga. Bidang ilmu yang ditekuni terbilang langka, menggeluti partikel kaon. Tetapi hasil-hasil temuannya tentang partikel kaon menjadi referensi para fisikawan dunia.

Kenal dekat sejak tahun 2007, saat Dr. Terry Mart menerima tanda penghargaan Satya Lencana 10 tahun sebagai PNS. Dengan bangganya dia meminta difoto lengkap dengan satya lencana dan piagam penghargaan yang didekapnya. Tahun 2006 kalau tidak silap peringkat UI di webometric mencapai peringkat duaratusan (250). Salah satu pendongkraknya karena banyak publikasi ilmiah di jurnal internasional tulisan Dr. Terry Mart yang mendekati seratusan. Tahun-tahun berikutnya peringkat UI melorot terus, walaupun sudah diusahakan dengan berbagai cara. Orangnya berpenampilan sederhana, tetapi menjadi salah seorang peneliti tamu di lima lima universitas di Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Afrika Selatan. Dua bulan dari setiap tahun waktunya dihabiskan untuk meneliti di luar negeri sambil memperdalam bidang ilmunya, supaya tidak ketinggalan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Fisika. Beberapa penghargaan yang telah diterimanya yaitu Habibie Award (2001), Leading Scientisrt dari COMSTECH/Organisasi Konferensi Islam (2008), Ganesha Widya Jasa Adiutama ITB (2009), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Kemendiknas (2009) dan Excellent Researcher dari SEA EU NET (2009).

Suatu saat dia ditanya orang, apa sih manfaat bidang ilmu yang digelutinya untuk mengentaskan kemiskinan? Dia hanya menjawab dengan berkelakar, kalau dalam bidang ilmu teoritis memang tidak bisa secara langsung bersentuhan dengan persoalan kemasyarakatan. Tapi dia meyakini satu saat akan ada titik temu antara ilmu yang sifatnya teoritis dengan ilmu terapan. Dia mencontohkan tentang pergerakan saham di bursa efek. Sepertinya tidak beraturan. Tetapi dengan memanfaatkan teori partikel kaon, ternyata pergerakan saham itu ada kecenderungan-kecenderungan tertentu yang dapat diprediksi dan diantisipasi seperti juga gerakan partikel kaon. (190811)

August 16, 2011

Langganan Jadi Sekretaris

Filed under: Uncategorized — rani @ 12:52 pm

Selama lima tahun menajdi mahasiswa FSUI, keterlibatanku dalam organisasi kemahasiswaan fakultas dan berbagai kegiatan yang kami selenggarakan, tidak pernah terputus. Setelah selesai mengikuti masa perkenalan, aku langsung dilibatkan dalam kegiatan kemahasiswaan. Menjadi anggota panitia masa perkenalan adalah langgananku. Tiap tahun menjadi anggota panitia, berpindah-pindah bagian dari urusan kesenian hingga menjadi anggota presidium panitia. Bahkan ketika tahun terakhir (1964) aku tidak sempat hadir secara jasadi karena mengikuti penggalian di Gilimanuk (Bali) pun, aku masih diminta menyusun “sumpah” bagi para mahasiswa baru yang disebut Sumpah Prasetya Prajna Paramita (sekarang dilebur menjadi organisasi MAPALA UI. Pen)

Dalam semua kegiatan lain di lingkungan fakultas, entah apa alasannya, aku hampir selalu diminta menjadi sekretaris. Padahal semua orang tahu bahwa aku “alergi” menulis. Catatan kuliah selama lima tahun dan mengenai semua mata kuliah yang kuikuti, misalnya, tidak sampai menghabiskan 50 halaman buku catatan berukuran folio. Padahal kawan lain ada yang memerlukan dua atau tiga buku tulis untuk tiap mata kuliah yang diikutinya.

Karena kedudukan sebagai sekretaris itu, aku sempat dijuluki kawan-kawan sebagai “sekretaris segala macam peristiwa di FSUI”. Puncaknya ketika aku menjadi sekretaris Senat Mahasiswa yang diketuai oleh Parsudi Suparlan di tahun 1963. Catatan yang seharusnya dituliskan dalam buku perjalanan Senat Mahasiswa FSUI adalah, selama menjadi sekretaris, tugasku “mengerem” langkah Parsudi yang terlalu bersemangat untuk membawa kehidupan mahasiswa FSUI ke simpang kiri sebuah jalan (kalau tidak salah ini judul skripsi Suhokgie, almarhum). Artinya, selama menjadi sekretaris itu, pekerjaanku adalah “bertengkar” dengan ketua sampai akhirnya kuputuskan lebih baik mengundurkan diri saja. (160811) (Mengutip dari buku Memoar Ayatrohaedi “65=67 catatan Acak-acakan dan cacatan Apa Adanya” terbitan Pustaka Jaya, Januari 2011)

August 11, 2011

Ketemu Dokter Yovsyah

Filed under: Uncategorized — rani @ 3:15 pm

Siang ini (11/08) di tempat parkir Gedung PAU terlihat seseorang yang berkopiah akan naik motor, tapi segera turun kembali ketika mengetahui penulis melambaikan tangan. Dia adalah dokter Yovsyah, dosen FKM UI. Berpenampilan sederhana, perawakannya masih sama seperti dulu waktu sama-sama mengikuti kegiatan Pra-Jabatan 1990/1991. Walaupun Kampus FKM di depan Gedung Pusat Administrsi Universitas, tapi amat jarang bisa ketemu. Sudah sekitar tigatahunan tidak bertemu dan bicara panjang lebar. Terakhir bicara cukup lama, pada hari minggu pagi di depan stadion Kampus UI Depok. Waktu itu topik pembicaraan tentang anak-anak yang baru masuk SMP.

Seperti biasa, orang yang sudah tidak lama bertemu, pembuka pembicaraa tentang keluarga terutama tentang anak-anak, dan pekerjaan yang saat ini digeluti. Saat ini dokter Yovsyah sedang mengambil program S3 di FKM (juga), tapi dia tidak menceritakan berapa semester lagi akan selesai. Lalu penulis pun bercerita, baru-baru ini bertemu dengan seorang dokter yang dulu dosen di FKM juga tapi sekarang bermukim di New Zealand dan memperdalam kedokteran Cina Tradisional (Traditional China Medicine/TCM). Secara berkelakar dokter Yovsyah berkomentar, mestinya UI segera mempelopori membuka Program Studi Kedokteran Alternatif, mengingat saat ini di masyarakat sudah berkembang pengobatan alternatif dan juga obat-obatan alternatif dan ternyata sudah terbukti bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kalau tidak segera membuka program baru Kedokteran alternatif, maka perguruan tinggi lain yang akan mendahului UI membuka program tersebut. Seperti sekarang, sudah banyak beredar obat-obatan alami/herbal Habbatussauda, yang dahulu pada jaman Nabi Muhammad sudah berkembang.

Dokter Yovsyah kuliah di UI sama-sama angkatan 1980. Kenal lebih dekat pada saat Pra-Jabatan 1990/1991 di Kampus Depok. Penulis dan dia adalah duo yang membuat dokumentasi foto dan video kegiatan pra-jabatan. Bahkan akhirnya membuat buku kenangan segala. Waktu itu Politeknik Negeri Jakarta masih menjadi bagian dari UI. Ada salahs seorang peserta Pra-Jabatan dari Universitas Gajah Mada yang dititipkan di UI. Kebetulan dia baru selesai mengikuti S2 bidang Teknologi Informatika di Fasilkom UI. Satu angkatan Pra-jabatan ada sekitar delapanpuluhan orang, dari berbagai fakultas baik staf pengajar maupun staf administrasi golongan tiga. Ketua angkatan (para peserta menyebutnya lurah) dosen FHUI Hikmahanto Juwana. Diantara para peserta diantaranya ada Jimly Ashshidiqie, ada Ade Armando dan Nina Mutmainah dari FISIP yang kemudian berjodo (mungkin benih-benih cintanya tertanam saat kegiatan Pra-Jabatan). Bayangkan saja selama dua minggu kita bersama-sama seatap, makan sama-sama nasi kotak. Tetapi peserta yang paling ngocol siapa lagi kalau bukan Iqbal Jayadi dari FISIP. Ada saja ide-idenya yang rada gelo. Kalau sedang mendengarkan kuliah umum, dia membuat bulletin berjalan, isinya mengomentari berbagai hal selama kegiatan Pra-jabatan. Selama perkuliahan berlangsung, bulletin itu beredar dari satu peserta ke peserta lain. Para peserta memberikan komentar. Ada peserta perempuan dari FIB Badra (Mandrawati, nama tambahan dari peserta yang suka membaca komik si Buta dari Gua Hantu karya Ganes Th) yang pintar membuat gambar karikatur. Barangkali hanya Pra-jabatan angkatan 1990/1991 yang paling meriah dan wah. Karena hanya satu-satunya angkatan yang membuat buku kenangan, bulletin berjalan dan juga…..dokumentasi video. Tapi belum sempat ditransfer ke DVD, masih dalam format video-8. (110811)

August 10, 2011

Mahasiswa UI KKN di Perbatasan

Filed under: Uncategorized — rani @ 11:16 am

Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat bisa di wujudkan dalam beberapa tindakan. Universitas Indonesia melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Indonesia (K2N UI) tahun 2011 berharap dapat melaksanakan tri dharma tersebut.

Dua kegiatan K2N sebelumnya telah sukses dilaksanakan pada tahun 2009 di pulau Miangas ( Pulau paling utara Wilayah NKRI yang berbatasan dengan Pilipina) dan Tahun 2010 di sepuluh titik pulau-pulau terdepan dan perbatasan yang mencakup dua desa di Kota Sabang (Prov. NAD), Pulau Subi Kecil (Kab. Natuna), Entikong ( Kab. Sanggau), Tg. Dato’ (Kab. Sambas), Pulau Sebatik (Kab. Nunukan), Meos Befondi (Kab. Supiori), Kec. Rote Barat dan Kec. Rote Barat Daya (Kab. Rote Ndao), Pulau Selaru (Kab. Maluku Tenggara Barat), Desa Bere-bere (Kab. Kep. Morotau), dan Desa Sota (Kab. Merauke) ini mengusung konsep yang sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pada kegiatan K2N UI 2011 yang telah berlangsung bulan Juni-Juli lalu, ada kerja sama dengan 9 universitas lokal yang menjadi lokasi penempatan mahasiswa K2N UI 2011 yaitu Pulau Ende (Kabupaten Ende-NTT) berbatasan dengan laut Sawu dan laut lepas, Pulau Alor (Kabupaten Alor – NTT) berbatasan dengan laut lepas dan negara Timor Leste, Kecamatan Badau (Kab. Kapuas Hulu – Kalbar/PLB Nanga Badau) berbatasan dengan negara Malaysia, Pulau Palue (kab. Sikka – NTT) berbatasan dengan laut lepas, Pulau Liran (Kab. Maluku Barat Daya – Maluku) berbatasan dengan negara Timor Leste, Pulau Ngele-ngele Besar (Kab. Kep. Morotai-Maluku Utara) berbatasan dengan laut lepas, Pulau Waigeo (Kab. Raja Ampat- Papua Barat) berbatasan dengan laut lepas, Kec. Wasior (Kab. Teluk Wondama-Papua Barat) /pemukiman korban tsunami 2010, Perbatasan NKRI – Distrik Oecussi (Kab. Timor Tengah Utara – NTT) berbatasan dengan negara Timor Leste, dan Pulau Pantar (NTT). Acara penyambutan peserta K2N UI 2011 dilaksanakan di Balai Sidang Universitas Indonesia pada Jumat (5/8) pukul 16.00 WIB dan dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Kerjasama Industri Sunardji SE., MM., Mabes TNI yang diwakili oleh Kolonel TNI Soebroto, jajaran Kementerian Kesehatan, Armatim, Penanggung Jawab K2N UI 2011 Arman Nefi, dosen pembimbing, para dekan, direktur kemahasiswaan dan hubungan alumni seluruh fakultas, serta alumni K2N UI tahun 2009 dan 2010.

Rangkaian acara K2N UI 2011 yang dilaksanakan di pulau-pulau perbatasan dimulai pada 12 Juni- 28 Juli ini mengusung tema “Merekat NKRI di Pulau-pulau Terdepan dan Perbatasan menuju Masyarakat Mandiri”. Menurut Ketua Panitia K2N UI 2011 Dra. Sri Murni MKes masalah perbatasan yang selalu mencolok dari tahun ketahun diantaranya adalah komunikasi, transportasi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Segala keterbatasan selalu dialami masyarakat perbatasan karena kurangnya sikap kepedulian.

Diharapkan dengan dilaksanakannya K2N UI ini akan muncul jiwa-jiwa peduli dari mahasiswa sebagai kaum akademisi dan dapat mengaplikasikan pendidikan yang selama ini di geluti dalam bidang pendidikan masing-masing di kampus.

“Perlu adanya perhatian untuk daerah-daerah perbatasan” ungkap Sunardji disela-sela sambutannya. Perbatasan kini semakin ditinggalkan dan tidak seharusnya pembangunan hanya bersifat terpusat di ibukota. Tetapi pembangunan sangat diperlukan di garda terdepan suatu Negara. Kolonel Soebroto turut pula memberikan sambutan terkait kerja sama yang selalu terjalin sejak K2N UI tahun 2009. Menurutnya, kegiatan K2N UI ini membantu aplikasi tugas dan peran TNI terutama dalam program percepatan pembangunan Indonesia.

Sebagai penutup, acara doa dilakukan sebagai wujud terimakasih kepada Tuhan atas suksesnya pelaksanaan kegiatan ini dan ditutup dengan buka bersama seluruh peserta K2N UI 2011 beserta undangan. (Nanda)

August 8, 2011

GARUDA di Dadaku

Filed under: Uncategorized — rani @ 4:13 pm

Debam debum suara tabuhan drum dan suara liukan betotan gitar melodi yang mengiringi lagu ‘Garuda di Dadaku’, sajian dari kaset grup band Netral dalam tata suara dolbi stereo, membahana dan mengguncangkan Gedung Balairung Kampus Depok. Itulah sekilas kegiatan yang menandai pembukaan ESQ bagi 2600 mahasiswa baru UI (strata 1 dan vokasi) yang dibuka secara resmi Rektor UI Prof. Gumilar pagi ini (08/08), disaksikan sendiri pencetus ESQ Dr.(HC) Ary Ginanjar di Kampus Depok.

Kegiatan ESQ Ary Ginanjar ini sudah ketiga kalinya diselenggarakan untuk mahasiswa baru UI. Setahun lalu, kegiatan ESQ ini diselenggarakan di Hall Arena Pekan Raya Kemayoran Jakarta yang dihadiri 6000 an mahasiswa baru UI dan memecahkan rekor MURI dan juga rekor dunia satu pelatihan yang diikuti banyak peserta dalam satu acara. ESQ kali ini dibagi dalam tiga tahapan, dua tahapan pelatihan ESQ (tanggal 08-09/08 dan 09-10/08) untuk mahasiswa muslim dan satu tahapan pelatihan Capacity BuildingTraining (CBT) untuk mahasiswa baru non-muslim yang diikuti oleh sekitar 2000 orang.

Menurut Arman Nefi, Kepala Sub Direktorat Kegiatan Penalaran, K2N dan Pengembangan Soft Skill mahasiswa UI, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya peserta ESQ dari non muslim hanya sekitar 500 an orang. Dari hasil evaluasi, maka untuk tahun ini diadakan latihan CBT terpisah dengan pembicara tersendiri di luar pelatihan ESQ. Kegiatan akan dimulai selama dua hari (09-10/08) di gedung Gymansium Kampus Depok.

Kegiatan ESQ kali ini walaupun tetap menanamkan nilai-nilai spiritual, tetapi dikemas dalam format gaya anak muda sekarang dimana pelatih training menyebutnya kegiatan “seneng-seneng”. Seneng-seneng bisa ketemu temen-temen, bisa buka puasa bersama dan seneng-seneng menjadi mahasiswa UI. Padahal kata Ary Ginanjar, pelatihan ESQ bagi mahasiswa baru ini satu fondasi penting menempa calon pemimpin bangsa di masa depan. Atau dalam istilah Rektor UI Prof. Gumilar Rusliwa Somantri, pemimpin yang akan membangun peradaban bangsa.

Penulis jadi teringat beberapa dekade lalu, saat menjalani masa perkenalan atau dikenal dengan istilah perpeloncoan. Dua minggu datang pagi pulang sore mendapat “tugas-tugas” dari senior. Lalu ketika Rektor dijabat Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, mulai era baru, para mahasiswa baru mulai diperkenalkan dengan pola Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau lebih dikenal dengan P4 bagi mahasiswa baru. Sistem ini kemudian diberlakukan secara nasional untuk semua perguruan tinggi. Ketika reformasi mulai bergulir, P4 ini pun berhenti tanpa ada penggantian sistem atau pola penataran apa yang tepat untuk menempa para mahasiswa baru. Ketika masa akhir jabatan Rektor Prof. Usman Chatib Warsa (2007), dilakukan penandatanganan kerjasama UI dengan ESQ. Pada masa Rektor Prof. Gumilar barulah dilaksanakan pelatihan ESQ untuk mahasiswa baru.

Sejauh mana manfaat dan keberhasilan ESQ dalam membangun mental dan karakter para alumninya khususnya bagi mahasiswa baru, belum ada penelitian yang melakukannya, atau paling tidak penulis belum pernah mendengarnya. Hanya pola pelatihan ESQ ini bukan saja diberikan untuk mahasiswa baru tetapi juga bagi pelajar, karyawan PNS maupun swasta dan kalangan umum, bahkan sampai dilakukan di luar negeri. Tiga tahun lalu, alumni peserta ESQ telah mencapai angka mendekatai angka 800 an ribu alumni, sejak kegiatan ESQ mulai diperkenalkan. Tetapi yang jelas, lembaga ESQ telah berhasil membangun gedung sekretariatnya di Jalan Simatupang Jakarta setinggi 25 lantai, dimana atapnya dituliskan kata ALLAH yang dapat terlihat dari berbagai tempat. Nama gedungnyapun Menara 165, bermakna simbolis. Angka satu simbol dari Syahadat, angka enam merujuk kepada rukun Iman ada 6 sedangkan angka lima merujuk kepada 5 rukun Islam.

Kembali pada persoalan membangun mental dan karakter bangsa, (mungkin) saat ini yang dibutuhkan Indonesia adalah manusia-manusia yang berkarakter dalam menghadapi era persaingan secara global, sebagai suatu jawaban terhadap berbagai kemelut yang melanda bangsa ini. Amerika Serikat dan Eropa telah berhasil membangun perekonomiannya pada masa lampau dengan sistem kapitalisme dan kini mengalami masa surut. Sekarang China mulai bangkit secara ekonomi dengan sistem komunismenya (ada juga yang mengatakan, setelah menerapkan kapitalisme dalam beberapa hal). Indonesia bangkit dengan sistem apa?

Lagu ‘garuda di didadaku’ populer di kalangan masyarakat ketika diadakan laga sepakbola tingkat Asia Pasifik yang berhasil membangkitkan semangat juang dari tim sepakbola Indonesia, walaupun akhirnya “ditekuk” Malaysia, sehingga hanya menduduki peringkat kedua. Akankah lagu ini juga mampu membangkitkan semangat para mahasiswa baru UI, sehingga menjadi pemimpin yang dapat membawa kemakmuran bagi bangsa Indonesia? Walaupun para pemimpin nasional “mengiming-imingi” akan kedatangan masa keemasan tahun 2030-2040, dimana jumlah angkatan kerja produktif bangsa Indonesia akan mengalami masa puncaknya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi rasanya masih jauh dan perlu kerja keras untuk bisa mengejar seperti China, bahkan untuk menyamai kemakmuran seperti yang dinikmati rakyat Malaysia sekarang ini, jika para pemimpin dan penentu kebijakan bangsa saat ini tidak melakukan perombakan total. (080811)