July 1, 2010

Bhayangkara Dilanda Prahara, Piliso ‘Mengempo’ Tempo

Filed under: Uncategorized — rani @ 1:48 pm

Sudah berusaha untuk menahan diri tidak membuat tulisan yang berkaitan dengan kehidupan di luar kampus, tetepi senantiasa tergoda dan ternyata tidak bisa menahan godaan itu. Paling tidak membuat judul tulisan yang dapat menarik  pembaca seperti judul tulisan di atas. Dengan membaca judul tulisan ini, diharapkan pembaca pada tanggal 1 Juli ini yang tepat dengan ulang tahun Kepolisian RI sudah dapat menangkap peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Tadinya malahan mau membuat judul tulisan ‘Jika saya menjadi KAPLORI’ suatu kata meniru plesetan para pemain OVJ (opera van Java) sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya di blog ini yang berjudul “Kami Bangga dengan Kepemimpinan Anda, Jenderal.” Kalau saya jadi memakai judul tersebut, saya akan memanggil para JANDAREL yang telah mencoreng nama korps dan meminta komitmennya untuk  segera menyelesaikan dan memberikan solusi terhadap persoalan yang menimpa korps. Tetapi judul dan cerita tersebut terlalu tendensius dan menjurus kepada perorangan. Saya  takut diciduk dan dijebloskan ke hotel prodeo. Karena itu saya batalkan.

Sahabat saya yang sudah seperti saudara yang kini tinggal di nagri jiran, pernah bercita-cita akan masuk ke Bhayangkara setelah menyelesaikan studinya di UI. Itu tercetus pada dekade 80 an. Waktu ditanya apa motivasinya, dia menjawab biar bisa cepat kaya. Istri saya mempunyai teman, suaminya mantan PATI di TNI. Dia bercerita kalau para ibu  keempat angkaan sudah kumpul-kumpul, gaya dan suasananya berbeda sekali. Ibu-ibu dari Bhayangkara kelihatan lebih wah dan sangat berbeda dibandingkan dengan ibu-ibu lainnya. Hal ini tampaknya bukan sesuatu yang luar biasa, kalau kita mengacu kepada apa yang diceritakan majalah Tempo. Kalau mendengar penuturan Chandra M. Hamzah sewaktu berdialog dengan para mahasiswa UI, KPK didirikan, meniru ‘plek’ persis seperti ‘AIKEK’ di Hongkong. Yang menjadi sasaran tembak pertama institusi ini yaitu Kepolisian Hongkong. Dengan tiga cerita tersebut, maka jelaslah sudah, bagaimana menyelesaikan salah satu persoalan ‘kusut’ di republik ini.

Tahun ini bagi Jenderal polisi Bambang Hendarso Danuri merupakan tahun pertaruhan dan masa transisi yang amat penting. Dengan adanya pemberitaan di majalah Tempo, bisa dapat meringankan tugas dan berfokus untuk melaksanakan reformasi besar-besaran di tubuh POLRI. Seperti kata-kata pada salah satu sajak Chairil Anwar  biarlah “Sekali berarti, setelah itu mati”, tetapi akhirnya masyarakat simpati pada polisi.

Wakil PM Malaysia Terkesan Guyonan Mahasiswa UI

Filed under: Uncategorized — rani @ 1:37 pm

Wakil Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Dato Haji Muhyidin Haji Mohamad Yasin, memberikan kuliah umum di hadapan Para mahasiswa Universitas  Indonesia (UI) dengan tema ‘ Demokrasi dan Pertanggungjawaban Sosial di Asia’, yang berlangsung  Selasa (29/06) di Balai Sidang Kampus Depok.  Kegiatan yang diprakarsai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI ini berkerjasama dengan Yayasan Generasi Baru Nusantara dan Program Pembinaan Sumber daya manusia strategis ((PPSDMS) Nurul Fikri, dihadiri para petinggi  negri jiran Malaysia, para pimpinan UI.  Pelaksana Harian Rektor UI Dr.Ir. M. Anis memberikan sambutan dan ucapan terima kasih kepada Wakil Perdana Menteri Malaysia dan mengharapkan dapat menjalin kerjasama yang lebih erat dengan negara serumpun.

Dalam kesempatan ini bukan masalah substansi kuliah umum yang akan dibicarakan, melainkan kreativitas dan guyonan  yang dilakukan para mahasiswa dalam acara kuliah umum tersebut. Dan ternyata Wakil PM Malaysia justru mengapresiasi dengan positif.  Bahkan sebagian hadirin lainnya pun mempunyai pikiran yang sama.  Dalam kegiatan kuliah umum ini, karena yang memberikan kuliah adalah tamu negara asing, seorang wakil Perdana Menteri lagi, maka seharusnya  secara keprotokolan semua detil acara dari menit ke menit seharusnya dibicarakan atau diberitahukan kepada tamu. Dengan demikian, maka pihak tamu mengetahui semua isi acara.  Kedatangan tamu wakil PM Malaysia kali ini agak istimewa, karena pihak pampapres membawa dua panser serta tentara yang ditempatkan di berbagai sudut sekitar gedung Balai Sidang.

Berdasarkan pengalaman yang lalu, dimana UI pernah menerima Presiden Iran dan Presiden Hongaria, lalu memberikan ceramah, tidak ada nyanyian lagu kebangsaan ataupun tarian menyambut tamu. Tetapi kali ini BEM UI rupanya sengaja  membuat acara mengharuskan hadirin menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Rombongan dari Malaysia yang cukup banyak itu, akhirnya (terpaksa) harus turut berdiri sambil mendengarkan lagu Indonesia Raya. Ini mengingatkan kepada Kejayaan Nusantara, dimana wilayah Nusantara itu mencakup juga Negara Singapura dan Malaysia. Kalau waktu kunjungan presiden Iran, di dalam gedung di pasang bendera Negara Iran, kali ini rupanya pihak panitia lupa (atau sengaja lupa) tidak ada bendera Malaysia. Bahkan di meja tempat duduk dan di atas podium pun tidak ada bendera. Padahal secara keprotokoleran, semestinya hal itu harus tersedia. Entahlah, apakah hal ini juga terpikirkan oleh pihak Kedubes Malaysia di Indonesia atau tidak.

Kemudian guyonan berikutnya, mahasiswa juga menyajikan salah satu tarian yang berasal dari kesenian Betawi Asli, yang dipersembahkan Liga Tari mahasiswa UI, karena kebetulan di bulan Juni ini bertepatan dengan hari jadi kota Jakarta. Untungnya tidak dipertunjukkan kesenian angklung atau Reog Ponorogo. Tarian Betawi ini dibawakan  empat pasang mahasiswa. Tarian yang menggambarkan pasangan muda mudi yang sedang mabuk kepayang. Yang membuat Wakil PM Malaysia ‘surprise’ yaitu penutup dari tarian itu. Ketika para penari akan meninggalkan ruangan, si wanita mengalungkan selendangnya pada penari pria, kemudian setengah dipaksa, penari wanita membetot selendang itu. Mau tidak mau, penari pria terpaksa mengikuti keinginan penari wanita itu, meninggalkan ruangan. Dari adegan penutup tarian tersebut, mungkin Wakil PM Malaysia teringat akan syair salah satu lagu ciptaan Ismail Marzuki. /Wanita dijajah pria sejak dulu kala/dijadikan perhiasan sangkar madu/tapi ada kala pria tak berdaya/tekuk lutut disudut kerling wanita./

Betul begitu kan Dato? Ya, itulah lelaki yang tidak berdaye dan tidak berjaye!

Merinding , Pelepasan Peserta K2N UI 2010

Filed under: Uncategorized — rani @ 8:01 am

Tidak seperti biasanya, pelepasan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Universitas Indonesia tahun 2010 (K2N UI) hari Selasa siang (29/06) berlangsung tidak seperti biasanya. Dilepas Pelaksana Harian Rektor UI Dr.Ir. M. Anis, M.Met dan jajaran pimpinan UI serta dosen pembimbing dan mahasiswa pendamping serta Asisten Teritorial Mabes TNI Mayjen Suprapto beserta jajarannya, dengan didahului Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Genderang Universitas Indonesia. Kemudian diakhiri dengan memperkenalkan peserta K2N dan program-progam yang akan dilaksanakan serta salaman dan berpelukan dengan semua hadirin yang ada di ruang Balai Sidang UI Kampus Depok. Suatu ritual layaknya seseorang yang akan pergi jauh dan tidak tahu akan kembali lagi atau tidak.

Dalam sambutannya, Pelaksana Harian Rektor pun tadinya sangsi apakah memang benar K2N akan jadi dilaksanakan di 11 titik pulau terdepan dari Wilayah NKRI ini. Karena lokasi yang dijadikan tempat K2N merupakan daerah yang sukar untuk didatangi. Tetapi anehnya, peserta yang berminat mencapai 297 orang. Setelah melalui berbagai seleksi  jumlahnya 117 mahasiswa dari berbagai fakultas itu terdiri 80 wanita dan 37 pria akan didampingi dosen pembimbing dan pendamping akan tinggal selama sebulan penuh selama Bulan Juli. Lokasi tempat K2N yaitu titik Nol Kota Sabang, Pulau Subi Kecil (Kab. Natuna), Entikong (Kab. Sanggau), Tanjung Dato (Kab. Sambas), Pulau Sebatik (Kab. Nunukan), Pulau Morotai (Kab. Morotai), Pualau Selaru (Kab. Maluku Tenggara Barat), Pulau Lirang (Kab. Maluku Barat Daya), Pulau Rote (Kab. Rote Ndao) dan Meos Befondi (Kab. Supiori). Masing-masing peserta sudah mempersiapkan program kerja yang akan dilakukan di lokasi K2N sesuai dengan keadaan dan kondisi geografisnya. Boleh dikatakan, kegiatan K2N UI kali ini menjadi rekor tersendiri dalam hal penyebaran lokasi di wilayah Nusantara, jauhnya dari Kampus UI.Tetapi yang cukup membanggakan, kegiatan ini didukung penuh pihak TNI. Panglima TNI sendiri yang langsung memberikan perintah untuk membantu kegiatan K2N UI ini. Bantuan ini telah dibuktikan dengan kegiatan K2N UI tahun lalu di Pulau Miangas wilayah Sulawesi Utara yang berbatasan dengan territorial Negara Philipina.

Seperti dikatakan Mayjen Suprapto, usaha yang dilakukan UI dengan kegiatan K2N UI suatu terobosan yang luar biasa. Sebab Berbagai kementrian dalam kabinet hingga saat ini masih terus membicarakan bagaimana perencanaan dan strategi memberdayakan daerah-daerah tersebut. Tetapi UI sudah langsung terjun ke lokasi memberdayakan masyarakat setempat. Menurut Suprapto, ada juga perguruan tinggi dari daerah yang ingin melakukan kegiatan seperti yang dilakukan UI dan meminta bantuan kepada pihak TNI. Namun rupanya TNI melihat embel-embel Indonesia pada perguruan tinggi UI menjadi simbol keindonesiaan dan dapat mewakili perguruan tinggi lainnya. Karena itu tidak ragu lagi TNI membantu sepenuhnya kegiatan K2N UI di titik terdepan wilayah NKRI.  Menurut Suprapto pula, di berbagai daerah di pelosok tanah air, kegiatan K2N UI ini menjadi pembicaraan para pejabat pemerintah daerah. Para pejabat daerah menganggapnya para mahasiswa UI itu adalah utusan dari pemerintah pusat yang akan melihat-lihat keadaan di daerah. 

Ada dua kemungkinan sikap dari pihak pemerintah daerah, yaitu para mahasiswa itu akan dianggap sebagai ‘mata-mata’ pemerintah pusat dan oleh karena itu harus berhati-hati. Atau bisa juga dianggap sebagai tempat curhat menceritakan permasalahan di daerah, dengan harapan akan disampaikan kepada pemerintah pusat. Sebetulnya ada sebab lain kenapa TNI ingin membantu sepenuhnya kegiatan K2N UI ini. Tahun lalu ada satu peristiwa yang terjadi di wilayah Maluku. Seorang dokter muda lulusan UI yang sedang menjalankan tugas di Puskesmas, mati tertembak peluru nyasar dari senjata seorang perwira TNI. Peristiwa ini tidak banyak orang yang tahu bahkan  pers umum sekalipun. Pada saat penguburan almarhumah dokter tersebut, dihadiri petinggi TNI dan Pejabat Pemda Maluku.

Jadi apa yang bisa ditarik dari kegiatan K2N UI yang tersebar di 11 titik terdepan wilayah NKRI ini? Sebetulnya agak berlebihan kalau dikatakan turut menjaga keutuhan wilayah NKRI dan memupuk rasa cinta tanah air. Paling tidak memberikan inspirasi kepada berbagai pihak untuk selalu memperhatikan warga masyarakat Indonesia nun jauh di wilayah terpencil serta menghadapi berbagai keterbatasan sarana dan prasarana. Pengalaman tahun lalu K2N di Pulau Miangas, kabar terakhir yang di dapat baru-baru ini, para siswa yang mendapat pelajaran dari para mahasiswa, sekarang lebih bersemangat untuk belajar. Hal ini sama persis seperti yang terjadi tahun 1950-an, saat almarhum Prof.Dr. Kusnadi Hardjasoemantri, SH dan kawan-kawan  sewaktu menjadi mahasiswa. Mereka dikirim ke wilayah NTT untuk mengajar para putra NTT. Sekian puluh  tahun kemudian, seorang siswa NTT yang diajarai para mahasiswa tersebut menjadi seorang Gubernur Bank Indonesia (1988-1993). Pria kelahiran Rote 10 April  1936 itu satu almamater dengan Prof.Dr. Kusnadi Hardjasoemantri, SH  yaitu Adrianus Mooy.