Kabayan Membuktikan Plagiat Seorang Profesor
Menurut wikipedia Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri (untuk mendapatkan keuntungan baik materil maupun non materil bagi kepentingan pribadinya. Tambahan dari penulis). Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Kalau pengertian plagiat itu seperti di atas, sesungguhnya sudah sejak jaman dahulu kala terjadi. Dan hal tersebut tidak bisa dihindari. Plagiat bukan saja dalam bentuk tulisan, tetapi dapat juga plagiat berupa produk, ide, gagasan, lagu/nyanyian ataupun suatu sistem. Maka ada sebagian orang yang berpendapat, bukankah lebih baik kalau gagasan/ide, tulisan, produk seseorang diperbanyak, dijiplak dipublikasikan oleh banyak orang. Karena hal tersebut berarti sangat bermanfaat bagi banyak orang dan turut menyosialisasikan/memasyarakatkannya?
Alkisah pada jaman dahulu kala di negara antah berantah, sudah berkembang peradaban yang luar biasa majunya dibandingkan dengan yang terjadi di daratan Eropa dan Amerika. Malahan sudah banyak orang-orang pintar dan bergelar profesor. Pokoknya negara tersebut gemah ripah repeh rapih lohjinawi kerta raharja.
Tersebutlah ada satu orang pintar. Pintar dalam bertutur kata tidak saja secara lisan sangat memukau pendengarnya, tetapi juga piawai dalam menuliskan gagasan-gagasannya dalam bentuk tertulis. Kalau dia berpidato, yang mendengarkannya bagaikan disihir, terpaku diam, mulut menganga, lupa akan pekerjaan yang sedang dikerjakan, karena terpesona dengan gaya oratornya yang sangat luar biasa. Semua orang ingin mendengar dan melihat langsung orang pintar ini berpidato. Akan halnya buku-buku hasil karya tulisannya, laris bagaikan pisang goreng, diserbu para peminat dan penggila buku, tidak peduli berapa harganya. Boleh dikatakan setiap kali buku hasil karyanya terbit, selalu terjual habis. Selain pintar pidato dan piawai menulis orang pinter ini juga sudah meraih gelar profesor, karena ketekunan dan pengabdiannya dalam membimbing dan menurunkan ilmunya kepada para anak asuhannya. Sungguh sangat sempurnalah orang pintar yang bergelar profesor ini.
Terbetik kabar, di negara tersebut ada seorang warganegara biasa bernama Kabayan. Orang kebanyakan yang sederhana, lugu, sekolah dasar juga tidak tamat, periang, jenaka dan cenderung malas-malasan dan senantiasa bertindak seenak perutnya. Tetapi dikaruniai otak yang lumayan cerdas, selalu mempunyai ide-ide yang nyeleneh dalam melihat setiap permasalahan yang ada. Karena sifat dan watak seperti itulah maka masyarakat memanggilnya dengan julukan Si Kabayan.
Suatu hari dia melihat penduduk kampungnya berbondong-bondong pergi ke lapangan sepakbola di kampungnya. Kabayan merasa heran dan bertanya-tanya, gerangan apakah yang terjadi. Dia pun ikut arus massa menuju lapangan sepakbola. Dari kejauhan tampaklah lautan manusia memenuhi lapangan. Sesekali terdengar suara gemuruh dan teriakan ditingkahi suitan yang saling bersahut-sahutan. Rupanya orang pintar sedang melakukan pidato tentang suatu masalah. Isi pidatonya yang sangat memukau dan mengena di hati para pendengarnya. Tetapi rupanya si Kabayan punya pendapat lain tentang orang pintar ini.
Dalam suatu kesempatan acara yang menghadirkan pembicara orang pintar ini, si Kabayan tampil ke depan forum dan menyatakan, orang pintar itu sebagai PLAGIAT, karena semua isi pembicaraannya hasil dari menyontek dari satu buku. Kemudian si Kabayan pun mengeluarkan sebuah buku dan diperlihatkan kepada para hadirin. Semua hadirin yang melihatnya terbelalak melihat aksi si Kabayan tersebut. Tetapi kemudian tertawa tergelak-gelak. Buku apakah gerangan yang dikeluarkan si Kabayan? Tiada lain buku yang sangat tebal sekali yaitu KAMUS BAHASA INDONESIA.
(Selamat memperingati Hari Kelahiran Bahasa Indonesia tanggal 2 Mei )