December 22, 2009

Wasantara dan Tannas Dalam Era Globalisasi Bag.II

Filed under: Warta UI — rani @ 10:39 am

Artikel di bawah ini tulisan Juwono Sudarsono ,Wakil Gubernur Ketahanan Nasional, yang disampaikan pada hari Ulang Tahun ke-35 FKG UI (21 Desember 1996). Ditulis ulang dan disajikan pada kesempatan ini, menjelang keberangkatan para mahasiswa UI yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (K2N) dari tanggal 15 Juli hingga 20 Agustus 2009 di Pulau Miangas, Sangir Talaud, Sulawesi Utara, Pulau Terluar Indonesia yang berbatasan dengan wilayah negara Philipina. Kegiatan K2N ini mendapat dorongan dari Juwono Sudarsono (saat itu)  Menteri Pertahanan RI, dan Jenderal Djoko Santoso Panglima TNI RI.

 Lingkup dan laju perubahan yang demikian mendadak cepat cenderung hanya menguntungkan sedikit orang yang berkeahlian, bermodal dan berpengetahuan. Karena keahlian, kekuata modal dan jaringan modal yang dihimpunnya, golongan ini menempati kedudukan di pemerintahan dan di kalangan swasta yang amat penting dalam mengatur arah dan arus modal, investasi dan pembiayaan di mancanegara. Sebaliknya, di setiap negara, kalangan menengah bawah cenderung dirugikan oleh setiap kemajuan dan penemuan baru di bidang teknologi informasi dan lalu lintas barang dan jasa. Tenaga pekerja setengah terampil dan kurang terampil semakin tersisih karena daya tawar mereka umumnya semakin lemah. Terjadilah rangkaian krisis kesetiakawanan sosial karena naluri dan dorongan utama manusia adalah  mengejar laba dan keuntungan, seringkali dengan cara-cara yang tidak wajar dan melupakan perlunya belas kasihan dan santunan bagi mereka yang tertinggal dan terlantar. Mekanisme pasar sesungguhnya tidak mengenal belas kasihan.

 

Pada tahapan inilah para pengemban ideologi negara semakin dituntut untuk mencapai kinerja kepemimpinan yang sebaik-baiknya, agar rasa keadilan dan kewajaran yang samkin merata tetap menyalakan keyakinan dan kepercayaan rakyat akan ideologi. Sesungguhnya, setiap lapisan kepemimpinan masyarakat, bangsa dan negara ditantang untuk bertindak konsisten dan sejalan dengan tugas pokok yang diuraikan dalam rumus-rumus ideologi, termasuk Wasantara. Tugas ini tidak ringan, karena pada setiap tahap pembangunan nasional, bahaya-bahaya yang lahir dari kesenjangan, ketimpangan dan kecemburuan sosial akan selalu tampil dari waktu ke waktu.

Derasnya pengaruh ragam informasi, hiburan dan tayangan media massa nasional dan internasional mempersulit tugas memelihara Wasantara dan Tannas karena harapan-harapan dan tuntutan-tuntutan masyarakat  muncul silkih berganti.. Jurang antara tuntutan dan pemenuhannya semakin terasa melebar akibat keadaan obyektif yang sulit ditanggulangi. Di bidang lapangan pekerjaan, misalnya, untuk setiap lowongan pekerjaan setengah terampil, sekurang-kurangnya 150-250 calon berusaha untuk merebutnya. Untuk tingkat pekerja kasar, perbandingan itu bisa 5 sampai 10 kali lipat.

Mempertahankan Pancasila sebagai nilai dasar dan mempertebal keyakinan akan doktrin dasar Wasantara dan Tannas menuntut dilaksanakannya kepemimpinan nasional yang taat azas  pada keadilan sosial, yang menjangkau dan menyantun mereka yang kurang terampil, kurang beruntung dan kurang memperoleh kesempatan. Balapan antara waktu dan kinerja akan mewarnai kehidupan politik,, ekonomi, sosial budaya  dan pertahanan keamanan menjelang abad baru yang akan datang. Kesulitan terbesar adalah bagaimana pada tataran praksis, kondisi obyektif kehidupan sosial-ekonomi dan sosial-politik diperbaiki secepat-cepatnya melalui program-program serangan total terhadap kemiskinan.

Apabila pada tataran praksis jumlah dan sifat kesenjangan tak dapat ditanggulangi dengan baik, maka makin besar kemungkinan nilai-nilai instrumetal akan dipertanyakan manfaat serta keabsahannya.. Pada gilirannya, gugatan pada nilai-nilai instrumental yang berlanjut secara berkepanjangan dapat memuncak pada sikap dan tindakan yang meragukan, mempertanyakan bahkan menolak nilai-nilai dasar Pancasila. Inilah yang terjadi pada peristiwa runtuhnya Uni Sovyet pada tahun 1989-1991 dan pada perpecahan Federasi Yugoslavia pada 1991-1994. Nilai dasar komunisme Uni Sovyet dan Yugoslavia runtuh dari dalam akibat kesalahan para pemimpinnya.

Tugas bersama kita adalah menyadarkan kalangan atas yang hidup jauh di atas garis kemiskinan bahwa di lapisan sedang bergolak gelombang-gelombang “api dalam sekam” yang membara. Sebaliknya, ke bawah kita harus menyabarkan sejumlah besar warganegara  yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan bahwa secara bertahap perubahan-perubahan yang terjadi sedang menju kepada kondisi masyarakat yang lebih memihak pada mereka yang terlantar, tertinggal dan terbelakang.  Inilah tugas dan kewajiban bersama kita sebagai sesama warga masyarakat, warga bangsa dan warganegara Indonesia.  Hanya dengan konsistensi pelaksanaannya yang taat azaslah kita dapat mempertahankan ideologi Pancasila, Wasantara dan Tannas sebagai dasar kehidupan kita sebagai bangsa dan melanggengkan makna lagu Indonesia Raya kini dan di masa mendatang.(habis).

No Comments »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment