Gerakan Politik Dunia Bag.3
Sehubungan dengan adanya berbagai komentar tentang gerakan mahasiswa, khususnya Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI-Asu) yang mengomentari artikel di blog RANI-GRACIAS, maka perlu kiranya kita memahami latar belakang gerakan politik sebelum kemerdekaan. Artikel di bawah adalah tulisan seorang sahabat saya (dulu staf pengajarr UI) kini tinggal di Belanda yang didasarkan pada buku-buku terbitan Belanda. Ada tiga seri tulisan, semoga bermanfaat. Intisari serial tulisan ini yaitu betapa pentingnya pendidikan masyarakat agar tidak mudah terjebak dalam politik yang ternyata hanya memanfaatkan keluguan rakyat. Sehingga kelak, andaikan negara kita bergerak menjadi negara industri besar sekalipun, rakyatnya tak mudah terjebak dalam kemelut yang memusingkan, yang pada akhirnya akan merugikan kita semua.
KARL MARX (bagian 3, habis)
ENGGA TAUNYA PEJUANG INDONESIA BANYAK KOMUNISNYA
Komunis masuk Indonesia, ada buku yang nyebut tahun 35, tapi ada buku sejarah di Belanda yang memperlihatkan foto SI (Syarikat Islam) & PKI tertulis tahun 1923.
Ternyata cerita yang lebih bisa dipercaya adalah catatan arsip-arsip spionase Belanda terhadap gerak para politikus Indonesia mulai permulaan abad 20, tahun 1900-an. Catatan-catatan ini dibukukan oleh ahli-ahli sejarah Universitas Leiden. Gerakannya mulai dari Jawa Timur, terutama dikerjakan oleh murid-murid STOVIA, pendidikan dokter Jawa di Surabaya. Dimulai oleh Tirto Adhisuryo asal Bojonegoro. Tapi sekolahnya DO engga tau kenapa, lalu disokong oleh masyarakat Arab Surabaya ia membuat koran. Sementara itu Abdoel Rivai asal Minangkabau yang juga sekolah STOVIA, sehabis lulus ia ingin meneruskan di Belanda, tapi di Belanda ia tak lulus ujian masuk, terus dia juga jadi jurnalis. Balik ke Minangkabau. Terus ada lagi satu orang Abdul Moeis, juga seorang jurnalis, yang kemudian kerja jadi sekertaris departemen pendidikan, anak buahnya JH Abendanon, yang beken jamannya Kartini.
Tahun 1909 dan 1910, Tirto Adisoeryo berangkat ke Jakarta. Disana dia ngumpulin orang-orang sampai-sampai orang Bogor pun dikumpulin. Lagi-lagi dengan biaya orang Arab, mereka mendirikan Serikat Dagang Islam, maksudnya buat saingan sama orang China. Jadi di belakang SDI ini duduk kepala-kepala Arab yang sembunyi di belakang dekor. Terutama dalam perdagangan batik yang dipusatkan di Solo. Tapi setahun kemudian, di Solo, SDI ini di ganti namanya dengan Serikat Islam supaya sasaran organisasi menjadi luas bukan saja para pedagang. Kedua orang diatas Moeis dan Rivai merupakan orang penting dalam propaganda melalui korannya. Organisasi batik diurus oleh Haji Samanhudi, tapi bentrok dengan Tirto Adisuryo, lalu kepengurusan SI dipegang oleh HOS Tjoroaminoto.
Di bawah Tjokroaminoto, organisasi ini terus menjadi hebat, anggotanya dalam tahun 1919 saja sudah sampai 2 (dua) juta orang terutama kalangan Santri. Terang aja nih si Belandanya yang tadinya tidak melarang menjadi was-was sendiri, karena selain anggotanya meledak, para anggotanya makin beringas, suka demonstrasi anti China, anti Belanda, dan main politik. Dan paling mengagetkan adalah mulai teriak-teriak revolusi dan anti imperialisme, kapitalisme. Waktu ditelusuri, rupanya waktu Abdoel Rivai ke Belanda buat sekolah yang tidak jadi itu, dia kena pengaruh politik Marxisme yang di Eropa makin beken. Dan dia meneruskan sekolah dokternya di Belgia, disanalah dia memperdalam komunisme yang di Belgia saat itu sedang ngetrend. Waktu balik lagi ke Indonesia, th 1914 dia kenalan dengan Henk Sneevliet di Semarang. Henk Sneevliet kerja sebagai pedagang dan jadi sekretaris handelsvereniging, (persatuan kaum pedagang), yang merupakan organ dari ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereniging) Social Demokrat merupakan partainya Karl Marx. Anggota ISDV ini cuma tiga orang marxist, yaitu A Baars, JA Brandsteder, P Bergsma & HW Dekker (sepupunya Multatuli). Sebetulnya ngerangkul SI memang diniati oleh Sneevliet, guna memperluas jangkauan ide marxisme. Sneevliet rajin memberi masukan anggota SI supaya sebel pada pedagang besar, yang rajin diberi masukan antara lain Semaoen dan Darsono, yang kemudian tahun 1917 dibuatkan partai olehnya di beri nama PKI dengan Ketua Samaoen, diwakili Darsono. Belanda-Belanda itu jadi bendahara dan sekertaris.Tahun 1920 PKI diajak ke kongres Komintern kedua. Disana diresmikan sebagai anggota jaringan komunis internasional. Lalu Tjokroaminoto mengajari Bung Karno soal politik yang waktu itu masih belasan tahun yang kebetulan kost di rumahnya. Mulailah Bung Karno cari-cari tahu soal politik Marxis.
Karena SI kelihatannya mulai ganas, maka organisasi agama ini oleh Belanda dilarang berpolitik. Tidak boleh, agama ya agama, nanti mencong-mencong. Rupanya mencongnya juga macem-macem, SI juga main gila bersama organisasi politik Islam Turki. Lalu orang SI yang merangkap juga anggota PKI harus memisahkan diri. Tidak boleh mendua.
Manifesto Komunispun dikumandangkan di Makasar tahun 1923 (kelak Makasar jadi sasaran Westerling antara lain ngudak-ngudak pentolan PKI yang kuat berkembang di Makasar). SI pecah, anngota tidak boleh merangkap antara SI dan PKI. Tapi kemudian tahun 1939 Si pecah lagi jadi SI putih yang tidak maen politik, dan SI merah yang main politik komunis, yang kemudian jadi Darul Islam dipimpin Kartosuwiryo di Jawa Barat, yang menginginkan bentuk lain dari RI.
Sedang BK sendiri tidak masuk PKI tapi mendirikan PNI setelah dia belajar marxisme di Bandung tahun 1925.
Kisah BK belajar soal Komunis diungkapkan dalam buku biografi Sukarno karya Lambert Giebels tahun 1998. Terhitung buku baru. Untuk melengkapi tulisannya, Giebel mengumpulkan bahan bacaan dari koran-koran, interviu, dan yang paling banyak adalah dari arsip spionase, yang katanya untung belum dibuang.
Ceritanya katanya, tahun 1925 itu Bung Karno tinggal di Regentweg no 22, di tingkat atas. Di bawahnya dipakai untuk kantor biro arsiteknya. Engga jauh dari rumahnya di Jl Papandaayan, tinggal kenalan lamanya waktu di Surabaya, Marcel Koch yang kerja di perpustakaan pusat. Dia selalu lihat BK belajar Marxist dari buku-buku disana. Dia amati rupanya dia belajar Marxist-Bakoenin dan Marxist-Krautzky, yang keduanya kemudian menjadi inspirasinya dalam berpolitik. Marcel Koch ini lalu suka mengundang BK untuk mendengerin musik Negro di rumahnya sambil ngobrol, dan sambil Koch ngorek-ngorek apa yang jadi pemikiran BK. Cerita ini semua lalu masuk
dalam catatan spionage. Ceritanya Koch lagi,
Pemikiran BK adalah mengikuti faham Marx-Bakoenin, yaitu kemenangan harus dicapai melalui revolusi dan gerakannya harus anarkis Tetapi BK juga memadukannya dengan taktik Marx-Krautzky yaitu harus diikuti dengan kemenangan dalam pemilihan umum. Lalu BK mikir-mikir, golongan apa kelas bawah yang paling banyak di Indonesia? PKI kan sudah menunggangi kaum santri dan pedagang kecil, lalu siapa lagi. Tau-tau dia punya ide, yaitu kaum petani nih, kan banyak banget di Indonesia. (dipikir-pikir lagi kurang ajar juga ya orang politikus itu memang suka nunggangi dengan alasan perjuangan bagi rakyat kecil, padahal sih untuk ambisinya juga). Lalu masak mau pakai nama kedua faham itu, nanti diudak-udak Belanda, masa organisasi tani pakai nama Marxisme.
Organisasi tani ini dia beri nama Marhaen, yang suka disebut nya dulu Barisan Tani (yang menjelang tahun 65 suka nyanyi genjer-genjer, joget-joget di panggung bawa-bawa bakul, pake kaen mbok-mbok tani). Angotanya disebut Marhaenist, kata ini berasal nari nama seorang petani yang saat dia jalan-jalan naik sepeda ketemu petani lagi ngeladang, diajak omong-omong, dan si petani itu namanya Marhaen.
BK bertanya:”Ini ladang siapa pak?”
” Anu juragan, iye mah punya abdi sendiri”
” Oo… Bapak namanya siapa Pak”
” Ng… Mar….. Mar….” si petani gagap
” Marxist?” timpal BK cepat
” Ah sanes juragan, abdi mah urang tani, Marhaen atuh juragan.”
Lha kok cocok ya pikirnya. Jadilah insiprasinya terhadap kedua faham tadi menjadi faham baru yang dia beri nama Marhaenisme.
Tahun 1927 dia mendirikan PNI, dengan ciri khas utama kudu pake pici. Tahun 1929, PNI sudah beranggotakan 10.000 orang, yang sebagian besar adalah petani, pician, dan sarungan. Tapi setelah perang dengan Jepang, partainya yang isinya barisan tani, dirubah namanya jadi Partai Indonesia (Partindo). Tapi Hatta dan Sjahrir, mendirikan PNI-Baru yang tidak berfahamkan marxisne. Kelak Sutan Syahrir menjadi lawan politik BK karena menentang faham marxis, dan dia masuk penjara. Seperti juga pujangga angkatan Mochtar Lubis, Sutan Takdir Alisyahbana, HB Jassin, dan Hamka yang menolak memanfaatkan kisah-kisah roman untuk propaganda komunis.
Gerak BK di jaman Belanda yang nasionalist revolusioner kerjanya keluar masuk penjara, tapi gak kapok-kapok. Disamping dia pinter pidato, dia juga pinter nggiring orang, dan pinter ngerangkul-ngerangkul partai-partai lain. Sejak tahun 1926, BK sudah memikirkan soal NASAKOM, Nasionalis-Komunis-Agama jadi satu. Alasannya katanya demokrasi. Tapi agama yang bisa jadi satu menurutnya adalah Agama Islam, bukan Kristen, karena Kristen cuma agamanya orang elit. Islam agama rakyat kecil. Sehingga Islam dan Marxis mempunyai tujuan sama, yaitu anti kapitalis. Maka apabila ke tiga faham ini dijadikan satu, maka kekuatan anti kapitalis, imperialis, dan kolonialis menjadi semakin besar. Pemikiran ini kelak yang menjadi dasar pemikirannya untuk merubah idiologi negara menjadi NASAKOM. Sekali lagi, katanya demokrasi. Cerita tentang BK panjang banget. Disingkat saja. Pendek kata, rupanya jika Nasakom berhasil jadi idiologi negara, Indonesia katanya gilanya bakal macam Irak dan Libia.
Sementara itu tahun 1916 di Belanda sedang demen-demennya dengan politik ethis, yaitu memberikan pendidikan yang baik kepada rakyat agar tidak terpolusi ide Marxisme dan mudah ditunggangi karena mempunyai pendidikan rendah (tapi kayanya sih cepetan ide Marxis daripada politik ethisnya). Dari upaya ini pula yang melahirkan undang-undang wajib belajar, yang dituduh oleh kelompok komunis sebagai reaksioner. Maka dari Belanda dikirimlah JP van Limburg Stirum ke Indonesië dari Anti-Revolutionire Partij sebagai Gubernur Jendral yang baru di tahun 1918. Limburg Stirum berusaha memerangi gerakan revolusioner. Ketua partai anti revolusioner ini adalah Hendrik Colijn yang mempunyai ide bahwa untuk mencegah meluasnya gerakan komunis di Indie (Indonesia pada waktu itu), sebaiknya Indonesia dipecah pecah menjadi bagian-bagian, dan bergabung menjadi federasi. Tapi ide ini dalam realisasinya oleh Van Mook mengalami kesulitan, karena sistem pemerintahan yang sudah dibentuk adalah sistem sentralisasi dengan dewan perwakilan rakyatnya. Ide ini yang kelak dalam persetujuan linggar jati menjadi dasar pemikiran sebaiknya Indonesia sebagai Negara Serikat, yang ditolak oleh Bung Karno, yang dianggap oleh BK sebagai upaya pemecah belahan.
Sekarang ingin cerita sejarah Indonesia sesudah perang dengan Jepang saja.
INDONESIA SESUDAH JEPANG
Sekarang saya baru mengerti kenapa kok waktu Belanda mau minta maaf kepada Indonesia beberapa tahun lalu, rakyat Belanda menolak. Alasannya katanya, kalau Jepang dan Jerman perang karena mereka mau menguasai bangsa lain, sedang Belanda merangin Indonesia katanya de orde te herstelen, mengembalikan Indonesia pada ordenya dari kaum ekstrimis. Kata-kata ekstrimis, dulu di Indonesia setiap tanggal 17 Agustus dipakai main tonil, dimana tentara Belanda ngacungin bedil ke kepala orang Indonesia sambil bilang: “Kowe ekstrimis, berani dengan Belanda ya?” Lho kok, dalam hatiku, kenapa orang Indonesia yang lugu dibilang ekstrimis? Lalu dalam tonil-tonil diceritakan bahwa tentara Belanda ngaduk kampung-kampung nyari ekstrimis.
Dalam suatu koran Belanda beberapa tahun lalu nyebut-nyebut BK sebagai ekstrimis. Sekarang aku baru tahu. Rupanya ada perbedaan dalam sistem politik yang dipegang teguh oleh negara Belanda dan politik yang dipegang oleh kaum politikus Indonesia.
Perbedaan ini terletak pada: setelah perang dunia pertama yang di eropa digegerkan oleh gerakan fasisme, terlebih setelah menjalarnya pengaruh Karl Marx dan Lenin di belahan Eropa, negara Belanda sangat berhati-hati terhadap masuknya infasi pengaruh komunis dan fasisme.
Bebera gerakan gelap marxisme yang ketahuan oleh pemerintah segera diringkus. Alasannya bukan saja gerakan ini anti monarchi, radikal, dan taktiknya nunggangin rakyat kecil, tetapi sosialisme sejati yang dijanjikan gerakan ini dirasa sangat omong kosong. Kenyataannya Rusia malah lebih radikal dalam peristiwa pembunuhan keluarga Tsar dan pengikut-pengikutnya, dan justru banyak menghadirkan masalah sosial dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan begitu gerakan radikalisme sangat ditentang dalam sistem politik Belanda.
Sedang untuk mengusir Belanda orang Indonesia menggunakan aji-aji komunis. Tapi kenapa waktu jaman Jepang justru para politikus Indonesia tidak menggunakan aji komunisnya, malah berkolaborasi?
Karena Jepang sudah mempraktekan prinsip anti kolonialisme bangsa Eropa. Maka BK mengambil keuntungan dari situasi ini, dengan bekerjasama mendirikan PUTERA, Pusat Tenaga Kerja di Surabaya, yang menyalurkan tenaga-tenaga Indonesia untuk jadi Romusha. BK mau berbuat itu karena ia percaya pada ramalan Joyoboyo, yang katanya bila ramalan itu diterjemahkan, bangsa Jepang hanya akan menjajah seumur jagung, yang artinya bisa 3,5 bulan, atau 3,5 tahun. Tapi kok
Belanda 350 tahun?
Waktu Belanda mendengar bahwa BK & Hatta memproklamirkan RI, si Bld ribut, lapor ke Inggris, Inggris lapor ke Amerika, mereka bertiga uring-uringan, seperti yang tertera pada Militer Beleid 1940 – 1945 Terugkeer Naar Nederlandsch Indie. Uring-uringannya banyak, macem-macem. Pertama Bld kehilangan daerah koloni penghasil biaya negara yang 30 persen ditunjang oleh koloninya ini, Bld merasa bahwa caranya orang Indonesia nyolong, engga kompromi dengan induk semangnya yang semula, nyolong barang colongan yang dicolong oleh Jepang. Tapi selain itu ada pikiran lain, Inggris dan Amerika uring-uringan pada Bld, karena katanya Bld punya bekas anak buah bakal bisa jadi negara komunis. Wah, kalang kabut deh. Maka dikumpulkanlah prajurit-prajurit KNIL buat perang, di sambung dengan tentara Inggris dan Amerika. Yang dicari-cari Sukarno. Pendek kata perangnya gak usah diceritakan.
Tetapi pada akhir clash kedua, dimana Belanda akhirnya ya sudah deh nyerah saja. Walau pendekatan Belanda yang menginginkan bahwa Indonesia tetap di bawah payung kerajaan Belanda, menjadi commonwealth, yang dengan maksud agar gerak para politikus Indonesia bisa diawasi dan tidak meledak ke negara lain, tawaran ini juga ditolak. Para politikus Indonesia terutama BK tetap berpegang teguh pada negara republik. Tapi nyerahnya Belanda konon tidak rela hati. Sebab, dalam buku tebal setebal 535 halaman berjudul Villa Marheeze yang ditulis oleh Bob de Graaff & Cess Wiebes tahun 1998, yang merupakan tulisan tentang sejarah dari dinas rahasia luar negeri Belanda. Datanya semua diambil dari dokumen-dokumen rahasia spionage Belanda yang telah lebih dari 30 tahun. Data otentik yang telah lama disimpan dan disembunyikan dalam sebuah rumah yang bernama Villa Maarheeze di Wassenar dekat kota Denhaag ini demi sejarah telah mendapat persetujuan untuk dipublikasi karena sudah lebih dari 30 tahun.
Cerita spionage tentang Indonesia dan keterlibatan Belanda dan broertjenya CIA dalam penghancuran komunisme di Indonesia secara jelas dipaparkan dalam bab V dibawah judul Spion voor het moederland: operatie Virgil.
Virgil, nama kode untuk seorang spion jenius Johannes August Bakker. Berawal dari dinas rahasia dengan pangkat letnan, ia bertugas mengorek rencana para politikus Indoensia di tahun 1946-49 saat clash, dia berkenalan dengan seorang nasionalist yang dalam cerita saya ini jangan disebut aja deh namanya, karena orangnya masih hidup dan terhormat. Sebut saja si Mamat.
Mamat seorang intelektual yang mempunyai pendidikan cukup tinggi di bidang politik. Orientasinya merupakan orientasi barat sebagaimana yang diterimanya dalam pendidikan Belanda. Karenanya setelah kemerdekaan Indonesia ia lebih cenderung menginginkan politik Indonesia tidak mengarah kepada anti kolonial, anti kapitalis, atau pun anti imperialis. Ia menginginkan politik Indonesia lebih terbuka terhadap dunia luar, dan meninggalkan ide-ide lama, karena toh sudah merdeka, masak masih mau teriak revolusi dan teriak-teriak merdeka, menurut pendapatnya engga perlu lagi.
Idenya tentu sangat berbeda dengan mayoritas, tetapi ia juga tidak mau kematian karier gara-gara konflik ide, lantas masuk penjara.
Konflik dalam hati ini rupanya terbaca oleh agen Virgil pada waktu interogasi, karena itu konflik ini terus ditangkap dan disalurkan untuk membantu melakukan spionage. Tetapi tawaran Virgil yang katanya: Ga je met mij mee? (kamu mau ikut saya engga?) tidak dijawab oleh Mamat yang sedang bingung. Maka disimpulkan oleh Virgil, hah, je ga met gekke Sukarno mee! (Hah, kamu jadinya pengen sama Sukarno gila itu!) Tetapi dua tahun kemudian, Mamat berubah pikiran, setelah melihat gelagat Indonesia masuk mblesek ke lembah komunis. Ia segera mengikuti tawaran Virgil. Singkat kata, agen Virgil tidak bekerja sendirian, tetapi ia dibantu dengan sejumlah biaya guna operasinya ini, berbagai metoda dan pendidikan yang sebagiannya ditunjang oleh CIA.
Pekerjaan spionage dan upaya menjatuhkan era komunis dimulai sejak tahun 50. Bayangkan, 15 tahun upaya ini dikerjakan oleh tangan-tangan CIA dan BID (Buitenland Inlichtingen Dienst). Virgil sendiri karena bekerja sebagai spion di Indonesia, ia menggunakan kedok bekerja sebagai konsultan industri untuk regio Asia Tenggara. Karena taktik komunis pada umumnya adalah menolak investasi negara-negara industri, dan memerangi industri besar.
Dalam pemerintahan Sukarno pun terjadi penolakan investasi modal asing, memboikot perusahaan-perusahan patungan, dan menasionalkan perusahaan-perusahan asing. Tahun 1964 dinyatakan oleh BK tahun BERDIKARI, berdiri di kaki sendiri.
Bila disimpulkan, maka taktik yang dipakai adalah sebagai berikut. Taktik pertama adalah mengumpulkan data, kedua berusaha menyelusup ke dalam arena, ketiga berusaha melemparkan ide yang sangat diterima serta mengerjakan ide-ide kelompok komunis, keempat berusaha mencapai kedudukan setinggi mungkin dan sedekat mungkin kepada presiden, kelima merekayasa kelompok politik menjadi dua kekuatan yang terpolarisasi, kelima melempar isyu yang menyebabkan kedua kekuatan itu bertabrakan, dan akhirnya meraih kemenangan.
Katakanlah Mamat sudah mampu berdekatan dengan kalangan elit politik dengan cara memsuki PNI baru yang karena kepandaiannya lalu mendapat tempat yang tinggi dalam partai yang juga mampu meraih kedudukan dalam posisi yang strategis, yaitu karier “dua muka”nya dimulai pada tahun 49. Ia menjadi juru kampanye anti negara federasi yang ada dalam perjanjian Linggar Jati. Kampanye ini merupakan tugas khusus dari Presiden. Dengan semangat dikerjakan juga. Dengan sendirinya BK kemekmek dengan keberhasilan Mamat, jadilah dia orang kepercayaan BK.
Dia juga ikut-ikutan dengan masalah politik luar negeri. Tujuannya memang itu, bisa mencapai posisi yang mampu bergerak ke luar negeri. Maka dengan sendirinya ia menjadi salah satu delegasi penyerahan Indonesia dari Belanda di hadapan PBB. Dalam kesempatan perjalanannya ke Belanda tahun 52, ia menyampaikan rencana rahasia BK yang akan melakukan gerilya di Papoea Neuw Guenia (saat ini Irian Jaya). Tapi sebaliknya pekerjaan si Mamat toh membuat girang BK, dan kariernya terus meningkat, sampai mencapai kedudukan tinggi di departem luar negeri. Suatu saat ia juga mendapat kedudukan tinggi di departemen penerangan.
Tahun 1956, Mamat sempat melaporkan rencana perjalanan BK ke Moskow dalam rangka ingin merealisasikan ide merubah idieologi negara menjadi MANIPOL USDEK (Manifesto Politik Undang-undang Dasar, Sosiliasme, Demokrasi terpimpin, Ekonomi terpimpin, dan Kebudayaan). Tahun 1957 saat terjadi keributan dimana beberapa kelompok ingin pecah kembali menjadi negara RIS, maka situasi ini yang mendorongnya untuk merealisasikan ide Demokrasi terpimpin, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai taktik diktaroriat.
Sebelum menceritakan taktik penghancuran komunis, diceritain dulu deh gimana perkembangan Komunis itu dan kedudukan Indonesia dalam dunia komunis.
INDONESIA DIDIDIK RUSIA TAPI NGIBLAT KE CINA
Pada awalnya komunis Indonesia banyak dipengaruhi oleh politik dan taktik komunis Rusia, yaitu anti kapitalis, anti kolonialis, dan anti imperaialist. Walaupun dalam geraknya di Indonesia lebih banyak dilakukan oleh kelompok pedagang kecil yang tergabung dalam Serikat Islam, namun sasarannya adalah melumpuhkan gerak para pedagang besar yang memonopoli perdagangan cengkeh dan kopi untuk eksport ke Eropa.
Tetapi setelah kemerdekaan, dimana Sukarno yang menganut faham Marx-Bakoenin (gerakannya harus anarkis dan revolusioner), dan sekaligus faham Marxis-Krautzky (memenangkan melalui pemilihan umum, dengan mengerahkan masa kelas bawaah terbanyak, yaitu petani), mempunyai faham yang sama dengan Mao-Tse Tung yang di tahun 60-an mempunyai gagasan, daripada berkelahi dengan Amerika dan negara-negara maju Eropa, lebih baik ngumpulin massa, yaitu negara-negara miskin di dunia yang isinya melulu petani melarat. Dari ide inilah kemudian Indonesia masuk dalam kemelut dan konflik antara China dan Rusia.
Sebab, sebelumnya Indonesia banyak mendapat bantuan ekonomi, persenjataan, sarana angkutan, traktor dlsb dari Rusia. Juga pendidikan kemiliteran. Dengan harapan Indonesia terus berkiblat ke Rusia. Tetapi Sukarno mempunyai pemikiran lain. Bersama Mao- ia membangun cita-cita bahwa jika sebagian besar negara-negara di dunia terutama negara-negara miskin di Asia, Afrika, dan Amerika latin bisa bersatu, maka gerakan selanjutnya adalah menutup gerak negara-negara eropa dan Amerika di belahan utara dan menghantamnya dengan bom nuklir yang di bangun oleh Mao. Indonesia juga mendapat bantuan pembangunan pusat tenaga nuklir dari China.
Perebutan kekuasaan dunia komunis ini memanas saat India diperangi oleh China supaya masuk ke dalam pengaruhnya, tetapi India tetap mmmenginginkan bergantung pada Rusia. Saat inilah Indonesia terus membelokkan kiblatnya ke China.
Apalagi Aidit manasi Mao, bahwa dalam kelompok dunia ketiga, Rusia tidak usah diajak. Dia tidak termasuk negara miskin, dan tidak boleh jadi bosnya. Terang saja Rusia geram pada Indonesia, dia anggap Indonesia berhianat.
Tahun 1964, Mao dan Indonesia mengumpulkan negara-negara itu yang kemudian diberi nama kelompok G-77 atau negara dunia ketiga. Kegiatan kedua negara ini, China dan Indonesia membuat Rusia uring-uringan karena takut kalah. Juga membuat was-was Amerika. Hal inilah yang menjadi alasan Kennedy untuk membunuh Sukarno. Kelompok G-77 ini pertengahan April 2000 ini dikumpulkan lagi oleh Fidel Castro dan jumlahnya sekarang menjadi 144 negara. Themanya adalah Sharing Power dan Globalitation. Fidel Castro hingga kini masih berkelahi dengan Amerika, dan berusaha untuk membangkitkan kembali bangsa-bangsa yang sudah tertidur selama lebih dari 20 tahunan, saat berakhirnya perang dingin. Indonesia juga ikut dalam pertemuan kebangkitan bangsa-bangsa negara ketiga ini.
Konflik antara China dan Rusia, ternyata di tahun 64 hingga 65 itu juga mengakibatkan konflik di dalam negeri Indonesia sendiri. Kelompok komunis di Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok. PKI yang mempunyai anggota terbanyak hingga 3 juta orang, dipimpin oleh DN Aidit menjadi pilar terkuat Sukarno dan mendukung taktik politik Sukarno. Kelompok lain adalah pecahnya Angkatan Besenjata Indonesia, adalah Oemar Dani. PNI yang digiring-giring oleh Mamat supaya miring-miring ke kiri pro komunis yang bertentangan dengan komunisnya BK.
Perpecahan kelompok komunis menjadi kiblat Rusia dan kiblat Cina ini terutama disebabkan menolaknya Umar Dani melepaskan diri dari Rusia karena ia menginginkan persenjataan terus dibantu oleh Rusia. Karena itu ia juga mempunyai taktik memperluas geraknya dengan membuat kelompok komunis alirannya dari kalangan rakyat, yang di didik dan di latih perang-perangan dan mempersenjatainya, di Halim Perdana Kusuma dan Lubang Buaya. Umar Dani juga melatih perang udara. Jadi kelompok komunis yang anti komunisnya BK mempunyai kekuatan yang hampir seimbang.
Sementara PKI melatih anggotanya melakukan pertahan diri dengan juga latihan perang-perangan di kampung-kampung di seluruh Indonesia. Masing-masing mempersiapkan diri. PKI membuat perencanaan perebutan kekuasaan di seluruh Indonesia, mendaftar orang-orang yang akan ditangkap, baik di tingkat kota maupun desa, serta menunjuk tempat-tempat strategis yang akan digunakan sebagai basis dan gudang logistik. Merebut gereja-gereja, membunuh pastor-pastor dan suster, serta menggunakan gereja sebagai gudang.
Hancurnya komunis Indonesia dipaparkan oleh Arthur Stam, bahwa saat terjadi ketegangan itu tersebar isyu-isyu (engga tau sapa yang ngelempar), bahwa akan terjadi perebutan kekuasan diantara Angkatan Darat yang akan dilakukan oleh para jendral yang dipimpin oleh Jendral AH Nasution, dan PKI yang dipimpin DN Aidit. Tetapi tiba-tiba di saat Sukarno sakit keras, tanggal 30 September dikejutkan oleh upaya preventive yang dikerjakan oleh Letkol Oentoeng, kepala Cakrabirawa yang menjadi pengawal presiden, yaitu diculiknya 6 jendral dan seorang perwira. Dibunuh di daerah kekuasaan Umar Dani di Lubang buaya. Konon penculikan ini atas sepengetahuan BK sendiri. PKI terkejut, dan panik, berarti usahanya untuk merebut kekuasaan melalui kudeta gagal. Dan kudeta itu pun ternyata gagal, karena segera diatasi oleh Suharto. DN Aidit menyerukan kepada anggotanya supaya tenang, dan tetap mempercayai Sukarno. Namun Artur Stam dan Graaff & Wiebes menceritakan bahwa konflik diantara pro China dan Rusia mennyebabkan kebingungan sendiri. Komunis proChina dikejar dan dibunuh oleh Komunis pro Rusia, yang kemudian oleh politik supresive Rusia, kelompok inipun dibunuh konon oleh agen KGB. Dalam periode Oktober hingga April ditemukan ratusan ribu mayat yang ditemukan mati teraniaya engga tau siapa yang membunuh. Sementara itu di dunia internasional, Rusia menuding Suharto yang melalukan pembunuhan.
Suharto mendapat kritik hebat dari dunia internasional, sebagai pembunuh sejuta jiwa. Ah, nasib. Tapi kok heran ya, waktu itu kenapa itu negara-negara yang terlibat engga menjernihkan ya? Kan saya selalu kebingungan jika dikatain orang: presidenmu mbunuh sejuta orang ya? Sialan, empet kan?
Hari-hari berikut kampanye anti komunis yang dilakukan bersama organisasi-organisasi Islam, demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang diorganisir oleh militer, menyebabkan kedudukan Sukarno semakin melemah. Ambasade Amerika mengeluarkan daftar, siapa saja yang perlu ditangkap yang terlibat sebagai kelompok komunis. Kesempatan kudeta prematur yang gagal ini dimanfaatkan oleh Amerika bersama militer Indonesia meringkus sekaligus seluruh organisasi yang berbau komunis. Komunis dimatikan habis-habisan di Indonesia. Keadaan inilah yang kemudian melemahkan komunis di Asia, merosotnya pamor China, dan menjadi pukulan baginya, terlebih terjadinya perang terbuka Amerika dengan komunis Vietnam dan Kamboja. Kedudukan Rusia pun semakin melemah. Karena Fidel Castro di belahan Amerika latin tidak berfihak pada siapapun. Ia ingin menjadi raja sendiri di belahan Amerika Latin.
Begitulah ceritanya dari buku-buku yang saya baca di Belanda, tentu versi Indonesië akan lain lagi. Hanya satu catatan saya, bahwa betapa pentingnya pendidikan masyarakat agar tidak mudah terjebak dalam politik yang ternyata hanya memanfaatkan keluguan rakyat. Begitu pula perbaikan systeem politik, jaminan sosial, jaminan pensiun, hari tua, orang sakit, pendek kata kesejahteraan sosial, dan tidak lupa rakyat juga bertanggung jawab untuk mencapai ini semua, dengan cara bayar pajak. Sehingga kelak, andaikan negara kita bergerak menjadi negara industri besar sekalipun, rakyatnya tak mudah terjebak dalam kemelut yang memusingkan, yang pada akhirnya akan merugikan kita semua. Atau^Å. Akankah kita hanya menjadi pastoral society atau masyarakat tribal yang hanya mengandalkan tenaga tangan dan binatang untuk mengolah ladang? (habis)