May 27, 2009

Robohnya Parpol Kami

Filed under: Uncategorized — rani @ 6:07 am

Ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil perolehan suara partai yang berlaga dalam pemilihan umum (pemilu) untuk menentukan calon legislatif (caleg) yang akan menuju Senayan menjadi wakil rakyat (DPR), dimana perolehan suara yang didapat oleh partai politik (parpol) pemain lama, kebanyakan menurun secara signifikan, mungkin karena disebabkan adanya konflik internal partai, kurang menarik dari segi program yang ditawarkan, atau adanya perilaku kader partai tidak amanah yang menyebabkan pemilih menjadi antipati, hal ini menjadi salah satu sebab semakin menipisnya kepercayaan rakyat terhadap parpol, maka robohlah parpol kami.

Kemudian ketika SBY sebagai ketua dewan Pembina partai yang mendapat suara yang memenuhi syarat untuk mengajukan sebagai calon presiden (capres), mengumumkan calon pendampingnya sebagai calon wakil presiden (cawapres) Boediono, seorang tehnokrat yang berasal dari lingkungan pendidikan tinggi, bukan dari kalangan parpol. Padahal sebelumnya para parpol yang berkoalisi beramai-ramai mengajukan nama-nama calon cawapres dari parpolnya masing-masing, dengan harapan calon tersebut dilamar SBY sebagai cawapres. Tetapi justru SBY memilih cawapres bukan berasal dari kalangan parpol, maka ributlah para parpol karena merasa tidak diajak berunding, padahal sebagai mitra koalisi semestinya menjadi skondan untuk mengambil keputusan-keputusan yang menentukan. Dengan demikian sudah jelas, usulan parpol tidak dianggap sama sekali, maka robohlah cawapres parpol kami.

Merasa kesal karena usulannya tidak dijadikan pertimbangan dalam menentukan cawapres, maka dicarilah berbagai kelemahan dari cawapres, maka ditiup-tiupkanlah ke media dengan mempertentangkan paham ekonomi kerakyatan dengan ekonomi kapitalis baru yang individualistis. Tetapi isu ini ternyata hanya laku seketika, ketika kemudian dijelaskan hakekat dari sistem ekonomi itu seperti apa, kebijakan ekonomi yang diambil mulai dari pemerintahan reformasi hingga sekarang, maka bungkamlah para pengeritik tidak bisa berkutik. Ternyata taktik kritik picik hanya menggelitik wong cilik yang tidak mengerti politik. Maka robohlah  kritikan dan kepicikan parpol kami.

No Comments »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment