Jahiliyah 3: Perseteruan Rektor dengan Mahasiswa
Pelantikan Rektor Universitas Indonesia (1982) yang hiruk pikuk (gaduh) dengan disertai pemasangan spanduk usai acara pelantikan, rupanya sangat berkesan sekali. (lihat tulisan sebelumnya “jahiliyah2”) Hal ini dapat dibaca pada serial tulisan Suara Almamater yang ada pada buku Wawasan Almamater yang ditulis oleh Prof.Dr. Nugroho Notosusanto.
Beberapa peristiwa di lingkungan kampus UI setelah pelantikan Rektor menunjukkan konflik yang tajam antara pimpinan UI dengan mahasiswa. Para mahasiswa yang dimotori pengurus Dewan Mahasiswa UI melakukan mogok kuliah. Beberapa malam mahasiswa berjaga-jaga di kampus Salemba. Di Fakultas Ekonomi Kampus Salemba Jakarta, para mahasiswa melakukan renungan malam sambil membaca puisi. Kegiatan ini diketahui bahkan dihadiri juga oleh Wakil Rektor II UI, Dr.S.B. Joedono.
Suatu saat, mahasiswa sampai pada tindakan yang dapat dikategorikan anarkhis. Pintu-pintu masuk kampus di Kampus Salemba dan Rawamangun digembok dan dilas, sehingga para dosen dan mahasiswa yang akan melakukan kegiatan perkuliahan terhambat. Dan yang lebih anarkhis lagi adalah pada suatu pagi kedapatan kaca pintu dan jendela gedung Rektorat di lantai dasar pecah dan berserakan di halaman rektorat kampus Salemba. Persisnya peristiwa tersebut lupa lagi, apakah setelah atau sebelum Ketua Dewan Mahasiswa UI Peter Sumaryoto, mahasiswa Teknik Sipil dipecat sebagai Ketua Dewan dan juga sebagai mahasiswa UI.
Sebelum pemecatan Ketua Dewan mahasiswa UI, ada satu peristiwa dimana di halaman rektorat dilakukan pembakaran ban mobil bekas sambil melakukan aksi-aksi menentang suatu kebijakan pemerintah.. Kegiatan tersebut dinilai Rektor UI Dewan Mahasiswa telah melakukan kegiatan politicking. (lihat di buku Wawasan Almamater).
Sesudah Dewan Mahasiswa dan juga surat kabar kampus Salemba dibekukan, berangsur-angsur kegiatan di dalam kampus mulai berjalan aman, tidak ada gejolak. Sesungguhnya kebanyakan para mahasiswa waktu itu belum mengetahui dengan jelas dan benar, apa sesungguhnya yang telah terjadi sehingga terjadi gejolak. Kebanyakan para mahasiswa hanya ikut-ikutan melakukan mogok kuliah dan aksi-aksi demo, sebagai tanda solider terhadap teman mahasiswa lainnya. Sayangnya hingga hari ini belum didapat pamplet versi Dewan Mahasiswa yang selama mogok kuliah dan melakukan aksi demo dijadikan sebagai media komunikasi dan ekspresi mahasiswa.
Peristiwa konflik ini, bukan yang terakhir kalinya, karena sesudah itu, tahun 1985 terjadi aksi-aksi demo di asrama daksinapati yang menentang kebijakan kenaikan pembayaran uang asrama.