
Terjemahan dari Answering Josef yang dibuat tahun 2005.
Setelah kelas Komas, Josef bertanya suatu pertanyaan yang menggelitik:
Kamu sangat suka open source dan selalu menyarankan (bahkan seperti memaksa) orang untuk menggunakan open source. Sebenarnya, apa, sih, yang telah kamu lakukan di dalam proyek open source? Apakah kamu sudah membuat sesuatu untuk open source? Karena kalau sudah, baru kamu bisa ajak orang untuk melakukan yang sama. Kamu harus mengumumkannya untuk dapat meyakinkan banyak orang.
Sebelum menjelaskan lebih lanjut, saya mau bilang: Saya tidak suka publisitas, tapi pertanyaan ini membuat saya harus mengumumkan pemikiran saya.
Baik. Saya akan menuliskan beberapa hal umum tentang latar belakang pemikiran saya.
- Indonesia selalu dalam kondisi penjajahan oleh bangsa-bangsa lain.
- Tingkat konsumsi yang tinggi dan rendahnya nasionalisme bangsa ini. [Terhadap produk sendiri]
- Tingkat pendidikan yang rendah membuat bangsa ini mengalami korupsi, kemiskinan, dan berbagai ketidakadilan. Bahkan, hal tersebut cenderung membuat orang tidak berpikiran jangka panjang.
- Bangsa Indonesia lebih suka produk asing dibandingkan produk sendiri, karena alasan #3.
- Kita menjadi tergantung terhadap negara lain karena #4.
- Dengan demikian, terjadi #1.
Ada alasan lain, tetapi yang paling utama dari alasan lain tersebut adalah:
Selalu ada udang dibalik batu.
Tidak pernah ada negara yang menawarkan bantuan tanpa ada maksud tertentu. Amerika didengar karena mereka punya teknologi. Cina didengar karena mereka memegang industri. Arab dan Timur Tengah didengar karena mereka memegang minyak bumi. Tetapi, Indonesia cenderung kalah dalam perundingan dengan negara-negara lain.
Mengapa demikian? Karena kita tidak punya alasan yang produktif dan potensial untuk diperhitungkan.
Jadi, dalam kesimpulan saya, kita harus menemukan alternatif-alternatif yang membuat kita pada posisi yang lebih baik.
Dalam pencarian saya untuk alternatif, saya menemukan potensi dalam proyek-proyek Free/Open Source Software (FOSS) sebagai alasan kita untuk diperhitungkan.
Inilah keuntungan FOSS:
- FOSS bebas dan orang dapat meriset tentangnya. Setiap orang bisa menyetelnya, mendistribusikannya, mempelajari kode sumber (source code), menggunakannya sebagai pustaka, dan terutama memakainya.
- FOSS memiliki kemampuan dalam menciptakan komunitas-komunitas. Hal ini penting untuk menghasilkan lebih banyak orang yang mengerti teknologi. Hal ini memicu orang untuk meriset karena sifat sosialnya. (Orang lebih suka melakukan riset/ngoprek secara bersama-sama daripada sendiri)
- Banyak dari solusi yang telah ada ini dapat menjawab kebutuhan kita di IT. Jadi, mengapa menciptakan ulang? Seperti kata obat nyamuk: “Kalau sudah ada yang bagus, mengapa harus yang mahal?”
Ada beberapa tantangan dalam mengimplementasi FOSS: (Saya pilih 3 yang terpenting)
- Bangsa Indonesia terlalu malas belajar karena sudah terkontaminasi konsumerisme.
- Bangsa Indonesia tidak menganggap tinggi riset seperti bangsa-bangsa besar yang lainnya. Bangsa ini selalu berpikir saat ini juga, tidak pernah berpikir panjang tentang apa yang terjadi di masa depan.
- Bangsa Indonesia punya motivasi rendah untuk selalu tertatar (up-to-date) dengan teknologi-teknologi terkini (BUKAN PRODUK-PRODUK TERKINI).
Jadi, untuk mengalahkan ketiga hal tersebut, saya mencoba membuat sebuah rencana perjalanan (roadmap) untuk mengatasi tantangan dan agar bangsa ini terhormat.
- Mengatasi ketergantungan terhadap dukungan produk tertutup (proprietary), dilakukan dengan memperkenalkan produk-produk potensial dari FOSS. Dalam tahap ini, kita harus menciptakan dukungan (support) untuk menolong orang bermigrasi dari produk tertutup. Setelah banyak orang pindah, maka akan ada komunitas-komunitas yang saling mendukung.
- Karena sifat keterbukaan dalam FOSS, banyak orang akan mengkustomisasi aplikasi-aplikasi FOSS. Hal ini akan menghasilkan komunitas yang berkontribusi.
- Semakin lama dalam FOSS akan mengiring orang untuk melakukan proyek-proyek mereka sendiri. Banyak yang akan mengembangkan produk terbuka dan membiarkannya didistribusikan secara bebas di antara komunitas-komunitas dan memperoleh umpan balik yang baik. Dalam tahap ini, akan muncul perusahaan-perusahaan yang kompetitif yang menggunakan model bisnis seperti MySQL AB, Redhat, dan vendor-vendor FOSS lainnya; misalnya, mereka menghasilkan produk bebas dan mendapatkan bayaran dari dukungan komersial dari klien mereka.
- Tahap terakhir ini yang paling menantang dan saya paling suka tahap ini, walau pun mungkin terjadi pada masa mendatang. Orang akan menciptakan alternatif. Maka, pada tahap ini, kita akan menciptakan OS sendiri! Ada isu-isu legal pada kernel Linux sehingga tidak baik bila ada sebuah korporasi melakukan tuntutan terhadap paten yang ada. Tapi, siapa tahu ada yang main kasar, kita sudah siap. Apalagi, ada banyak limitasi untuk OS yang ada sekarang. [Pada masa tulisan ini ditulis (2005), isu sentral yang terjadi adalah FUD dan kekuatiran bahwa Microsoft akan menuntut perusahaan-perusahaan yang menggunakan paten-paten. Pada saat ini (2010), isu ini tidak lagi relevan.]
Saya yakin, kalau kita berhasil dalam tahap #1, kita akan punya cukup kekuatan untuk menawar (bargaining power). Dalam tahap #2, bangsa ini akan menghargai kekayaan intelektual. Dalam tahap #3, perusahaan-perusahaan perangkat lunak tertutup akan memiliki penawaran yang lebih persuasif. Terakhir dalam tahap #4, bangsa ini diperhitungkan dalam G9 (G7+Jepang+Infonesia). Dalam tahap ini, industri-industri akan tergabung dalam konsorsium-konsorsium dalam untuk sama-sama standarisasi teknologi. Banyak yang akan diuntungkan dengan turunnya biaya produksi dan banyak industri baru yang bisa tercipta.
T: Di mana kita sekarang? J: Kita ada di tahap #1
T: Apakah kontribusi-kontribusi dari saya? J: Kalau Anda lihat forum, saya selalu berusaha menjawab pertanyaan orang yang hendak menggunakan GNU/Linux (tidak pernah bilang RTFM/cari sendiri dulu). Saya mencoba aplikasi-aplikasi terbuka (dari 3D sampai web), menggunakannya, dan memperlihatkannya kepada orang-orang bagaimana bagusnya aplikasi tersebut. Saya mempromosikan GNU/Linux dengan memperlihatkan bagaimana ia bisa menjadi sebuah OS cantik tanpa mengorbankan memori dan stabil. Saya berusaha berkontribusi dalam mempromosikan proyek-proyek FOSS.
T: Apa hasilnya? J: Saat ini, lebih banyak orang menggunakan FOSS, walau pun itu bukan karena hasil kerja saya sendirian (dan saya berterima kasih ada orang-orang lain juga yang peduli)
T: Apa rencana saya selanjutnya? J: Saya hendak membangun komunitas yang mau mengoprek. Pertama, kita bisa menciptakan tema kita sendiri berdasarkan tema yang sudah ada dan membangun proyek-proyek FOSS yang terkustomisasi. Saya telah mempelajari Linux From Scratch dan menemukan ia sebagai sumber berharga untuk belajar, gampang untuk diikuti, dan dikembangkan. Saya juga tertarik kepada proyek E-17, E17 bisa menjadi lingkungan desktop hebat berikutnya dan itu masih dalam tahap pengembangan.
Jadi, yang saya bisa kontribusikan saat ini adalah untuk membebaskan orang-orang dari pemikiran konsumerisme mereka yang menyedihkan dan dari invasi yang menghalangi hak mereka untuk memilih.
Tulisan ini merupakan terjemahan, dengan sedikit penyesuaian, dari tulisan tahun 2005 visi saya dalam gerakan FOSS.
Inti dari tulisan ini adalah FOSS penting karena dapat mengubah pola pikir bangsa ini menjadi pola pikir produktif dan mengubah paradigma berpikir konsumerisme yang mengakibatkan ketergantungan bangsa ini kepada bangsa-bangsa lain secara tidak sehat.