Sudah lama Uni Eropa menyertakan standar terbuka (open standards) sebagai kebutuhan (requirement) dalam proyek-proyek mereka. Itu sebabnya, Microsoft memaksakan untuk OOXML menjadi standar ISO. Perkembangan perangkat lunak bebas terbuka (Free/Open Source Software, FOSS) membuat banyak gebrakan dan berlanjut kepada dominasinya kepada dunia.
Salah satu yang mencengangkan adalah bagaimana rekan saya mengatakan bahwa GNU R, bukan SPSS, yang dipakai oleh dia dan rekan-rekannya di kelas. Pada awalnya mereka protes pada sang dosen. Tetapi begitu memasuki fungsi-fungsi yang rumit, mereka lalu langsung kagum pada kesederhanaan dan kemampuan GNU R. Oh, yah, dia adalah seorang mahasiswa S2 Ilmu Ekonomi.
Peran FOSS yang paling dominan saat ini adalah dia menjadi dasar dari Internet. Sebagai standar defacto, Apache HTTPd telah merajai penyedia layanan Web. Selain itu, GNU/Linux router telah secara transparan menyediakan gateway berkecepatan tinggi. Proxy yang melayani Anda, Hotspot, federated SSO. Semuanya beralih kepada FOSS.
Hal yang teranyar saat ini adalah dengan penggunaan HTML5. Karena i* (iPhone dan iPad) tidak menyertakan Flash, maka situs Virgin Airlines di Amerika mengganti situsnya dengan HTML5 murni. Seperti dikutip oleh [REG], mereka tidak mau kehilangan 30% pangsa pasar perangkat bergerak (iPhone menguasai 30% pangsa pasar telepon pintar di Amerika Serikat).
Hal ini logis. Jajaran produk Apple adalah sebagai lambang bergengsi seperti merek Ferrari pada mobil. Di antara 30% itu pasti banyak yang menggunakan jasa penerbangan. Sebagai entitas bisnis, mereka tentunya melihat peluang terbuka tersebut. Maka, Anda dapat lihat bagaimana dominasi Flash akan mulai tergantikan.
Hal ini sama seperti Symbian yang akhirnya membuka kode sumber mereka. Mereka mulai mempertimbangkan tekanan Android, Maemo, dan berbagai konsorsium yang mulai muncul. Tidak ada, bahkan Microsoft sekalipun, dapat mengalahkan kekuatan kerja sama.
Lalu bagaimana di Indonesia?
Saya masih melihat bahwa kita masih terikat dengan produk bajakan. Bahkan, kita masih bisa diancam-ancam kalau menggunakan FOSS. Padahal, ada banyak hal yang bisa digunakan dan dikembangkan. Sebagai contoh, kita hanya tahu bahwa OpenOffice.org sebagai perangkat pengganti M$ Office. Kalau seandainya Anda agak iseng, coba lakukan ini:
$ apt-cache search openoffice
Anda akan melihat ada begitu banyak ekstensi OpenOffice.org. Bukan hanya ekstensi, ada juga UNO Bridge dan berbagai language-binding dan sebuah eclipse-plugin. Arti dari masing-masing teknologi silahkan Anda pahami sendiri (tinggal baca deskripsinya).
Akan tetapi, arti implisit dari semua itu adalah OpenOffice.org dikembangkan untuk sebuah Enterprise Knowledge Management yang komprehensif.
Bagaimana itu dapat dilakukan? Seorang penceloteh seperti saya saja sudah mengerti bahan-bahan yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat saja dilakukan:
- Gunakan Apache HTTPd + PHP untuk server side. Atau gunakan Tomcat sebagai servlet.
- Komunikasi antar aplikasi dan server digunakan menggunakan Web Service.
- Teknologi pencarian dapat diserahkan kepada Apache Lucene.
- Nilai semantik dapat direpresentasikan secara ontologi oleh OWL.
- Postfix dapat menyediakan layanan email.
- Jabber server dapat dibuat untuk sarana komunikasi antar bagian.
- Red5, FFMPEG, dan sebagainya dapat diramu menjadi server konferensi dengan protokol SIP.
- Asterix juga dipakai untuk VOIP.
- Empathy dapat dipakai sebagai klien yang terintegrasi dengan komputer kantor.
- Tentunya, Kerberos, CAS, dan SSO dapat dipakai untuk menentukan kontrol akses (ACL)
- Yang paling utama, semuanya itu bisa diintegrasikan.
Zimbra adalah sebuah contoh produk solusi yang meramu sebagian dari hal-hal tersebut.
Tapi, seandainya ada sebuah sistem enterprise terbuka yang dikerjakan secara gotong royong untuk keperluan Indonesia. Yah, sebut saja sebuah proyek e-Gov yang terbuka kepada publik sehingga kita dapat berkontribusi. Produk tersebut dapat dipakai oleh Pemda dan perusahaan di Indonesia. Sehingga, bukan tidak mungkin, semua bisa terkoneksi ke pemerintah dengan mudah. Penghitungan SPT tidak perlu dilakukan dan blunder-blunder proyek tidak perlu ada. Dana-dana yang berhasil diselamatkan dapat digunakan untuk kesejahteraan pegawai negeri sehingga tidak ada alasan krusial untuk korupsi.
Bagaimana cara ke sana?
Bahan yang tidak ada saat ini adalah kreativisme dan pengertian. FOSS yang seperti pisau swiss (Swiss Army knife) memerlukan kedua hal tersebut untuk membuat sesuatu. Membangun sebuah integrasi berbicara tentang pemahaman tentang domain masalah. Artinya, ditemukan masalah, dipahami, baru kemudian dicari solusinya. Itu cara kerja di dunia FOSS. Sedangkan dunia perbajakan mengatakan sebaliknya, Anda didikte cara membuat gambar atau menulis. Kreativitas Anda sebatas solusi produk yang Anda gunakan.
Satu langkah yang perlu dilakukan, sebuah jembatan keledai, adalah dengan mengubah sistem pendidikan Indonesia. Seandainya Anda yang adalah pengajar (guru, dosen, guru les, pelatih, ahli agama, dan lain sebagainya) bersedia berkontribusi untuk mengenalkan FOSS kepada anak didik Anda, maka makin banyak orang yang menggunakan FOSS. Atau, Anda sebagai seorang pengguna biasa, maukah Anda mengenalkan teknologi tersebut?
Saya pikir, seandainya dari 100 orang Indonesia yang dikenalkan, ada 5 orang yang intensif ingin mempelajarinya sungguh-sungguh. Maka, akan ada cukup banyak tenaga ahli yang bisa meramu impian mereka.
Maukah Anda memulainya?
Referensi:
[REG] The Register. http://www.theregister.co.uk/2010/03/02/virgin_america_html_flash/