Kalarensi (Clara) Naibaho

INI BENERAN LA (LOS ANGELES), BUKAN LENTENG AGUNG!

United Airlines (UA) merupakan maskapai penerbangan utama di Amerika. Mungkin kayak Garuda lah ya di Indonesia. Konon UA ini melayani hampir 700 an penerbangan setiap hari. Pesawatnya gede-gede. Ruang didalamnya besar, dengan kursi-kursi penumpang besar dan tinggi. Jarak antara tempat duduk dengan kabin juga tinggi. Mungkin menyesuaikan dengan postur-postur orang bule ya. Kami dapat seat di bagian tengah, dengan nomor seat di tengah juga. Jadi saya dan teman saya diapit oleh penumpang lain. Sejak naik pesawat sampai mendarat keesokan harinya, suasana di pesawat remang-remang saja. Walau di luar cuaca terang, di pesawat suasananya seperti malam terus. Entah ya, apakah ini disengaja supaya penumpang gampang tertidur (mengingat lamanya penerbangan), saya kurang tahu.

Pelayanan di pesawat cukup baik, walau boleh dibilang tidak ramah. Bener, pramugari-pramugari US itu tidak ramah, tapi profesional. Tapi, mereka terlihat gesit. Mereka juga tidak dandan. Rata-rata kru pesawatnya sudah tua, berisi * gemuk * taksiranku usia 40 an. Mungkin paling mudah 35 an. Rambut digerai begitu saja, bahkan ada yang cuma dikuncir kayak si mba di rumah. Uniformnya warna biru tua. Kru cowok terlihat lebih rapi, kayak pelayan di restoran. Soal layanan seperti ini memang sering dipersoalkan banyak orang ya, soal keramahan. Saya kebetulan bukan orang yang ramah, jadi kalau ke layanan publik, saya tidak terlalu mempersoalkan keramahan (dalam arti senyum) tapi lebih ke profesionalismenya. Sepanjang dilayani dengan baik dan sopan, buat saya senyum gak begitu penting. Buatku, senyum itu bonus saja. Tapi banyak juga yang lebih mengharapkan senyum lho. Gak apa2 kebutuhannya tidak terlayani dengan optimal, asal petugasnya rajin senyum, oke-oke saja tuh buat klien. Aku enggak ah. Gak apa-apa petugasnya gak pake senyum asal dia menjalankan tugasnya dengan profesional.

Nah, pramugari UA ini bukan orang-orang yang ramah, tapi profesional. Semua permintaan kita dilayani. Saya misalnya, selama penerbangan 4 kali minta:

“Hot water, please….”

Soalnya kalau di pesawat dalam waktu lama berpotensi membuat kulit dan kerongkongan kering. Sebaiknya minum air hangat. Herannya penumpang lain (apalagi yang bule-bule) selalu minta air es. Hal makanan, saya paling tidak suka makanan2 orang bule. Makanan siap saji itu gak ada rasanya di lidahku. Kentucky lah, pizza lah, burger lah. Gak pernah bisa aku nikmati tuh. Tadinya sudah agak hopeless apakah bisa makan makanan di pesawat. Ternyata makanannya enak-enak. Mengenyangkan dan selalu disajikan dalam kondisi hangat (bahkan panas). Cuma buat teman-teman Muslim mungkin agak hati-hati karena tidak ada menu khusus ‘halal food’ seperti di ANA Airlines. Tapi mereka kasih pilihan menu yang gak pakai daging. Temanku mau gak mau pilih menu itu.

Penerbangan dengan UA ini kami jalani dengan asik-asik saja. Selain tidur, saya menikmati hiburan yang tersedia. Film2 nya asik, macam menu HBO dan Fox di tivi kabel Saya menonton sebuah film drama yang sangat menyentuh (lupa judulnya). Film Jepang. Kisah sebuah keluarga yang bapaknya dipenjara karena kesalahan yang tidak dilakukannya. Sediiiihhhh. Nah, kalau di pesawat, boleh deh nonton drama. Kalau di bioskop atau di rumah, ogah. Saya lebih suka film action…ciaaattt….. ciiiaaaatttt…!

Pesawat mendarat mulus di bandara Los Angeles sekitar pukul 10 pagi hari waktu US. Begitu keluar dari pesawat, aku melihat sekeliling dan meyakinkan diri bahwa ini benar-benar di LA (Los Angeles), bukan di LA (Lenteng Agung). Lega bercampur excited menginjakkan kaki di bumi (katanya) demokrasi ini. Kami mengikuti alur exit, sampai ketemu counter imigrasi. Melihat antrian yang sangat panjang, kami memutuskan ke toilet dulu. Cuci muka, gosok gigi, ganti baju, pokoknya bersih-bersih. Keasikan kami di toilet, begitu keluar, ternyata antrian sudah hampir habis. Astaga! Kami buru-buru dorong troli menuju antrian. Counter dibagi 2 jenis antrian. Satu untuk warga Amerika, dan satu lagi untuk visitor. Kami masuk di jalur visitor. Di depan kami tinggal 5 antrian. Di counter sebelah ada bapak-bapak (orang Jepang) yang okumennya ditolak dan dibawa masuk ke ruang khusus imigrasi. Aku langsung kebayang deh peristiwa2 yang pernah kubaca tentang orang-orang yang gak lolos meja imigrasi ini. Aku mulai grogi, deg deg an. Pemeriksaan di counter imigrasi ini merupakan titik ‘kritis’ bagi visitor suatu negara, apalagi US. Apapun bisa terjadi. Tibalah giliranku. Aku menyerahkan paspor.

“Good morning, madam….” sapa petugas sambil memeriksa pasporku.

* O ya, walau tampangnya sangar-sangar, tapi mereka tetap menyapa dengan sopan, walau tanpa senyum…hihihi *

Sambil memeriksa dokumenku dan layar komputernya, si petugas (cowok) menanyaiku:

“Is this the first time to you to visit US?”

“Yes, sir”.

Lalu seperti pertanyaan di kedutaan waktu ngurus visa, dia tanya2 tujuan ke Amerika apa, berapa lama disini, dimana akan tinggal. Setelah itu dia menyerahkan dokumenku dan berucap:

“Have a nice day, madam. Enjoy Los Angeles.”

Legaaaaaa……! Sementara itu temanku sedang di counter sebelah. Dari jarak 5 meter aku melihat si petugas (cewek) memeriksa dokumennya dan menanyainya. Aku agak deg deg an nih, soalnya temanku kan pakai hijab. Aku kuatir dipersulit. Tapi syukurlah, tak lama setelah ditanya-tanya kayak aku, dia lolos. Kami melanjutkan perjalanan menuju tempat kedatangan. Lorong-lorong di bandara ini panjang-panjang, sepi. Kalian tahu gak, aku ini kebanyakan nonton film Hollywood, hihihi. Jadi aku suka membayang-bayangkan kejadian-kejadian yang ada di film selama di US. Film-film Hollywood itu kan settingannya beragam. Ada di bandara, ada di penjara, di rumah sakit, dst.

Keluar dari area imigrasi menuju tempat kedatangan, kami mencari-cari pak HS, yang akan menjemput kami. Tidak ada. Padahal di email disebutkan bahwa dia akan tiba tepat waktu. Kami pikir, mungkin belum nyampe. Jadi kami selonjoran dulu, buka-buka HP. Hampir 30 menit tidak ada tanda-tanda sosoknya muncul. Mulai galau.

“Jangan-jangan kita salah tempat nih nunggunya”.

“Tapi ini memang ruang kedatangan. Kan bapak ini bilang ‘pokoknya begitu keluar dari pemeriksaan imigrasi, ibu tunggu di ruang tunggu itu saja. Saya akan ada disitu’…”

Saya mencoba melihat-lihat ke area sekitar. Di lantai atas ada ruang tunggu juga. Jangan-jangan si bapak ada di atas ya? 30 menit berlalu. 1 jam. Waduh. Something wrong nih. Saya coba telpon, gak nyambung. Saya coba email, belum ada jawaban. Kami putuskan tetap menunggu. 1,5 jam. Mulai capek, lapar.

“Kita tunggu 30 menit lagi. Kalau tidak datang, kita naik taksi saja ke alamat yang diberikan si bapak.”

Tak sampai 30 menit, si bapak muncul.

“Maaaaaffffff…… saya terlambat banget ya. Ada kecelakaan di high way, jadi semua kendaraan terhalang hampir 2 jam sampai polisi selesai mengevakuasi.”

“Oooo…. gak apa-apa Pak. Kami nyaris naik taksi tadi”.

“Oh? Untung ibu masih sabar ya. Di rumah kan gak ada orang juga. Istri saya sedang di sekolahan anak saya yang sedang wisuda. Kita langsung kesana ya Bu?”

Kami membawa koper ke tempat parkir dan segera naik ke mobil. Si bapak mensetting dulu tujuan kami di alat yang dia pencet-pencet. Kepo ku kumat deh.

“Apaan tuh Pak?”

“Setting tujuan kita dulu Bu. Nanti dia akan arahkan kita ke tujuan.”

“Oooo… GPS gitu ya Pak.

“Ya, gitulah. Hidup disini kan semuanya serba teknologi…hehehe.”

Kami memulai perjalanan yang menyenangkan. Si bapak menjelaskan banyak hal selama perjalanan. Soal tarif parkir di Amerika. Soal peraturan lalu lintas. Kami tiba di sekolahan putrinya kurang lebih 40 menit dari bandara. Ternyata di University of California Irvine. Ini kompleks sekolahan, mulai dari playgroup, sampai universitas. Putrinya Pak HS ini baru lulus high school dan hari itu adalah hari wisudanya. Wah, kebetulan yang menyenangkan nih. Baru nyampe, langsung ke pesta wisuda

Kami nyampe di hall tempat wisuda. Rupanya acara sudah berlangsung separuh. Kami mengambil tempat duduk yang masih kosong. Terdengar suara guru2nya memanggil nama-nama siswa satu per satu, lalu siswa tersebut maju, lalu kepala sekolahnya melakukan prosesi wisuda gitu lah. Bagian paling heboh adalah setiap kali nama siswa dipanggil, keluarganya akan tepuk tangan sambil teriakin nama siswanya. Ada yang tiup terompet segala dan nyanyi-nyanyi gitu. Wueh! Kayak anak-anak alay juga nih. Lalu setelah semua dipanggil, terakhir adalah adegan semua siswa melempar topi wisudanya ke atas disertai teriakan heboh. Hehehe… seru juga deh.

Selesai acara, kami baru bertemu dengan istri Pak HS dan putrinya. Kami salaman dan ngobrol sebentar, kemudian Pak HS ngajak kami makan dulu sementara si ibu kembali ke kantor dan putrinya langsung pergi dengan teman-temannya. Makan di resto Thailand cukup menyenangkan buat perut yang sudah keroncongan. Tak terasa badan sudah capek banget. Kami langsung ke rumah Pak HS di daerah Irvine. Rumahnya berada di komplek yang sangat nyaman. Bagi emak-emak sepertiku, ini lingkungan perumahan impian banget deh. Asri, bersih, nyaman. Rumah Pak HS berada di hook dan….pakai pagar sendiri….hahahaha. Si bapak bilang:

“Iya… disini rumah-rumah gak pake pagar karena aman. Cuma kita sudah terbiasa ya di Indonesia pakai pagar, jadi aku aja yang pakai pagar…hahaha”

Rumah2 di lingkungan ini tipenya sama. Tidak ada yang menonjol, semua seragam bentuknya. Dan…. semuanya serba elektronik. Mulai dari garasi yang secara otomatis terbuka begitu mobil berada di jarak 2 meter, pintu rumah juga begitu. Semua serba otomatis. Kami diberi kamar di lantai 2, di kamar putrinya. Diberi akses wifi gratis. Karena sudah capek banget, kami langsung mandi, dan istirahat. Malam hari ngobrol sebentar dengan si ibu yang baru pulang dari kantor. Malam itu aku sempatkan skype an ke Depok. Begitu wajah Naara muncul di layar HP ku, dia langsung jerit-jerit:

“Mama… mama… cini dong… aku mau bobo. Aku mau nyenye * maksudnya nenen, karena waktu dia masih minum ASI * “ sambil nangis-nangis.

Aduuuhhhh…. aku jadi mewek dan menyudahi skype an. Gak tahan dengar tangisnya. Aku bbm in Angel:

“An, mami gak tahan lihat Naara nangis. Gak usah skype an lagi ya….”

Kata Angel:

“Ya sudaaaahhh… Tuh kan, yang mewek siapa. Naara nya mah bentar aja nangis, setelah itu juga udah main.”

Sebelum tidur, Pak HS mendiskusikan agenda kami esok harinya. Karena gak ngerti, kami berdua sebetulnya oke oke saja mau diajak kemana. Namanya juga numpang…hihihi.
“Ada beberapa tempat wisata di California ini, Bu. Ada Disney, California Adventure, Universal Studio, St. Monica Bay, dan banyak. Kalau Disney mungkin cocok untuk anak-anak.”

“Aduh….terserah bapak saja deh. Kita ikut saja.”

“Kalau mau, besok kita ke Universal Studio Hollywood saja ya?”

“Itu kayak yang di Singapore itu ya Pak?”

“Yaa…. jauh lebih bagus inilah Bu. Besok deh, ibu pasti suka. Ada games terbaru yang super keren. Transformer Ride. Ini versi terbaru, baru 3 bulan di launch. Saya pun belum pernah main. Besok deh ya Bu.”

“Oh, baik Pak”.

“Ada studio tour nya juga. Ibu pasti surprise deh nanti. Bisa dicontoh nanti untuk program library tour di Perpustakaan UI…hahaha”

“Siippp deh Pak. Gak sabar nunggu besok ”

Tidur malam itu semangat bingit deh. Semangat membayangkan jalan-jalan besok….hahahaha

*Nahhh…. Cerita jalan-jalannya besok lagi deh *

Exit mobile version