Opini Kompas 18 Desember 2020
Long covid problem Kesehatan pasca covid-19

Penambahan kasus Covid-19 di dunia terus terjadi begitu pula penambahan kasus di Indonesia juga terus meningkat secara eksponensial. Jumlah penambahan perhari sudah mencapai diatas 6000 kasus/hari. Di bulan September 2020 saya pernah memprediksi bahwa jumlah kasus covid-19 terkonfirmasi di Indonesia akan mencapai 500.000 kasus pada pertengahan Desember 2020 tetapi ternyata prediksi saya meleset, terjadi peningkatan yang signifikan karena ternyata di 10 hari pertama bulan Desember 2020 jumlah kasus sudah mencapai 600.000 kasus. Data di Indonesia menyebut bahwa sampai saat ini jumlah kasus yang sembuh 500.000 kasus.
Sembuh untuk pasien Covid-19 ternyata tidak sembuh total untuk semua kasus. Covid-19 ternyata menyisakan gejala. Hasil penelurusuran kasus pasca Covid yang juga sering disebut long covid mencapai 10%. Kalau saja saat ini jumlah kasus Covid-19 yang sembuh mencapai 500.000 di Indonesia maka ada 50.000 yang akan mempunyai permasalahan Kesehatan. Tentu hal ini dapat menyisakan permasalahan sendiri di kemudian hari.
Pengalaman saya sebagai seorang dokter spesialis penyakit dalampun dalam 1 bulan terakhir juga sudah bertemu dengan pasien-pasien long covid ini. Pasien2 long covid datang dengan berbagai macam gejala ada yang sesak nafas walau dengan kondisi paru yang normal, sakit seluruh badan, cemas dan asam lambung naik, ada pasien yang GERDnya kambuh. Sebagian besar pasien belum mau masuk kerja, lemas dan merasa tidak se-fit sebelum terinfeksi Covid-19. Pasien pasca Covid-19 ini menyatakan bahwa pemeriksaan swab PCR sudah dilakukan beberapa kali dan hasilnya ternyata negatif.
Di Inggris para penyintas Covid-19 yang masih mempunyai gejala bahkan membuat organisasi para penyinta dengan gejala sisa karena mereka semua merasa senasib sepenanggungan.
Secara umum komplikasi pasca Covid-19, menurut Greenhalg dan kawan-kawan seperti di sebut pada jurnal British Medical Journal (BMJ) yang dipublikasi pada bulan Agustus 2020, menyatakan bahwa pasien long covid dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien dengan gejala sisa yang serius dan kelompok dengan gambaran klinik yang tidak jelas. Pada kelompok gejala sisa yang serius terjadi komplikasi sumbatan bekuan darah pada pembuluh darah jantung, paru atau otak. Pasien ini akan mengalami gejala sisa bisa berupa stroke. Bahkan pada pasien yang mengalami kerusakan paru yang berat bisa menyebabkan kematian walau dalam tubuhnya tidak ditemukan virus lagi. Oleh karena itu kadang kala kita mendengar ada pasien meninggal karena komplikasi paru dan di tatalaksana seperti pasien meninggal biasa karena memang hasil pemeriksaan terakhir hasil pemeriksaan swab PCRnya sudah negatif. Pada kelompok kedua dengan gejala penyakit tidak spesifik biasanya didominasi oleh keluhan sesak dan lemas.
Kenapa Long Covid bisa terjadi?
Seperti yang saya sebutkan diatas bahwa terdapat 2 kelompok pasien pasca covid-19. Pada kelompok pertama memang terjadi komplikasi pada organ tubuh pasien tersebut pasca mengalami infeksi covid-19. Pada perjalanan klinis pasien Covid-19 bisa terjadi sindrom badai sitokin, pada kondisi ini terjadi peningkatan kekentalan darah. Selain itu infeksi Covid-19 juga menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan sistim pembekuan darah. Ketiga kombinasi gangguan yang terjadi karena infeksi Covid-19 ini menyebabkan terjadinya sumbatan pembuluh darah dan bisa menyebabkan kerusakan pada organ yang menyebabkan sumbatan tersebut.
Pada kelompok kedua dari long covid ini adalah dengan gambaran klinik yang tidak jelas. Pasien yang menderita Covid-19 khususnya yang sempat dirawat di RS sampai beberapa minggu jelas bisa mencentuskan stress tersendiri. Belum lagi kalau ada anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19 bersamaan saat pasien tersebut di rawat. Seperti kita ketahui bahwa pasien2 covid-19 didalam perawatannya berada di ruang isolasi, dokter dan perawat yang mengecek kondisi pasien menggunakan hazmat lengkap dan pasien juga bisa tidak mengenai siapa yang masuk. Trauma kondisi ini juga diperberat jika memang saat perawatan kondisi tidak begitu baik dengan berbagai gejala, tidak punya rasa kecap, hilangnya indera penciuman, sesak, demam dan jantung berdebar2, belum lagi rasa was-was apakah mereka bisa lolos dari penyakit Covid-19 ini. Kondisi ini dapat mencetuskan terjadi gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder/PTSD) setelah dinyatakan sembuh penyakit ini. Berbagai gejala psikosomatik muncul pada pasien2 yang mengalami PTSD ini yang selanjutnya bisa kita sebut sebagai bagian dari penyakit psikosomatik. Saya punya pasien seorang ibu yang sempat dirawat karena Covid-19 dan kehilangkan suami karena covid-19 ini dalam waktu bersamaan, si ibu ini masih sering menangis karena ingat akan peristiwa tersebut. Ada lagi seorang Bapak yang tidak mau bekerja lagi karena memang merasa takut tertular apalagi melihat kasus Covid-19 di Indonesia yang masih terus meningkat. Gangguan psikosomatik terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan syaraf otonom, sistem-hormonal tubuh, gangguan organ-organ tubuh serta sistem pertahanan tubuh. Berbagai kelainan organ yang terjadi dapat dihubungkan dengan faktor-faktor yang menyebabkan kelainan organ tersebut.
Berbagai keluhan yang dapat timbul saat seseorang mengalami stres pasca covid-19 ini antara lain sakit kepala, pusing melayang, tangan gemetar, sakit leher, nyeri punggung dan otot terasa kaku, banyak keringat terutama pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Selain itu ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa dingin, gatal-gatal pada kulit tanpa sebab yang jelas. Mereka juga bisa mengalami nyeri dada, nyeri ulu hati, mual, perut kembung dan begah serta diare. Gangguan yang terjadi akibat stres bisa multi organ. Oleh karena itu harus ada penanganan khusus agar kondisi long covid ini tidak terus terjadi pada pasien tersebut.
Pencegahan mengurangi long covid
Untuk pasien yang memang merasakan gejala sisa atau long covid memang sebaiknya tetap kontrol ke dokter untuk memastikan bahwa tidak ada penyakit serius yang terjadi. Apabila sudah dipastikan bahwa tidak ada kelainan bisa disebutkan bahwa keluhan ini muncul dari stres yang terjadi sebagai dampak mengalami Covid-19. Perlu penanganan secara psikologi untuk pasien long covid ini. Kalau perlu berkonsultasi dengan seorang psikiater. Dukungan orang sekitar terhadap pasien2 long covid juga perlu dilakukan. Bisa saja mereka membentuk kelompok seperti yang dilakukan pada penyintas Covid-19 di Inggris yang mempunyai permasalahan yang sama. Pendekatan agama juga penting, mereka diminta untuk dekat dengan yang maha kuasa dan tetap sabar.
Buat masyarakat yang belum terkena adanya kasus long covid mustinya menjadi pelajaran untuk tetap menjaga protokol kesehatan agar terhindar dari infeksi ini.
Vaksin segera tiba tetapi bukan kita menjadi lengah, karena infeksi ini terus meningkat di sekitar kita.
Salam sehat,
Ari Fahrial Syam
Praktisi klinis dan Guru Besar Penyakit Dalam FKUI